Rawan Gempa, BMKG Minta AP I Perbanyak Rambu Peringatan di YIA

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat di Yogyakarta International Airport (YIA).
Sumber :
  • Dok. BMKG

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta pengelola Yogyakarta International Airport (YIA) yaitu PT Angkasa Pura I bisa memperbanyak rambu peringatan bencana serta petunjuk jalur evakuasi. Hal ini karena kawasan YIA rawan gempa dan tsunami.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan permintaan itu sebagai salah satu ikhtiar pengurangan risiko bencana alam. Menurutnya, dengan banyak rambu dan petunjuk, membuat penumpang dan orang di bandara akan lebih waspada dan siaga. 

“Semakin banyak rambu, maka semakin baik. Orang bingung kalau bencana tidak jelas lokasi evakuasinya karena tidak ada tanda atau rambu,” kata Dwikorita, dalam keterangannya yang dikutip pada Jumat, 4 Februari 2022.

Dia menambahkan rambu peringatan dan petunjuk tanda evakuasi juga mesti jelas dan bisa dipahami pengguna di bandara. Menurutnya, jika rambu yang dipasang tidak jelas dan terjadi gempa maka pengguna bandara dikhawatirkan akan panik.

Dwikorita mengatakan dengan kepanikan itu bukan tidak mungkin berada di lokasi evakuasi yang salah. Kondisi ini bisa menyebabkan jatuhnya korban. 

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat di Yogyakarta International Airport (YIA).

Photo :
  • Dok. BMKG

Kemudian, ia juga mengingatkan pentingnya keberadaan titik kumpul evakuasi di bandara. Titik kumpul evakuasi ini mesti aman dan memadai sehingga tak terjadi kepadatan. 

Dia menyarankan, jalur menuju titik evakuasi juga jangan menciptakan efek sumbatan leher botol (neck bottle) yang bisa memunculkan kepadatan orang secara berlebihan di satu titik. 

Pun, ia menegaskan sebaiknya seluruh kawasan bandara dilengkapi rambu termasuk di dalam area, ruangan atau terminal tunggu penumpang. Begitu juga area luar gedung bandara. 

"Tinggal sesuaikan saja dengan dekorasinya. Yang penting rambu tersebut harus jelas dan gampang terlihat semua pengguna bandara," ujar Dwikorita. 

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan perbedaan rambu evakuasi antara kebakaran dan gempa tsunami. Dia mengatakan, jika kebakaran seluruh pengguna bandara diminta agar berlari ke luar. Namun, bila gempa atau tsunami maka pengguna bandara harus masuk ke dalam gedung dan naik ke atas menuju titik kumpul evakuasi.

Untuk desain bangunan YIA, ia bilang bandara tersebut dibuat tahan gempa hingga berkekuatan 8,8 magnitudo dan tsunami setinggi 12 meter.

Lalu, untuk rambu evakuasi kebakaran dan gempa juga berbeda. Kata dia, evakuasi kebakaran warnanya hijau. Sementara evakuasi tsunami berwarna oranye dengan gambar gelombang. 

"Tidak masalah jika kedua jenis  rambu ditempatkan berdekatan, yang penting harus jelas terlihat dan diberikan sosialisasi penjelasan pemahamannya ke pengguna dan pengunjung bandara," tuturnya.

Dia menyebut rambu peringatan itu sudah lazim dipasang di beberapa hotel dan kawasan wisata. Misalnya di Nusa Dua dan Kuta Bali. 

Terkait itu, Airport Safety Risk and Performance Management Senior Manager Bandara YIA, R Bambang Triyono, menjelaskan pihaknya sudah memasang beberapa rambu evakuasi. Dia bilang, beberapa rambu itu berada di dalam maupun di luar gedung. 

Meski demikian, ia menekankan pihaknya menerima masukan dari BMKG. Dia mengatakan pengelola YIA akan menambahkan beberapa rambu terutama soal evakuasi tsunami. Sebab, rambu yang sudah saat ini terpasang untuk kebakaran atau kedaruratan selain tsunami.

“Karena rambu tsunami merupakan rambu yang tidak umum terpasang di dalam gedung,” kata Bambang.