Kisah Aipda Albert Perang Lawan Disinformasi Vaksin di Bumi Andalas
- VIVA/Andri Mardiansyah
VIVA – “Ayo Kita Vaksin, Don’t Be Afraid, Lets Vaccine, Vaksin Sehat Indonesia Kuat”. Demikian penggalan kalimat seruan yang diucapkan seorang anggota polisi bernama Albert Amarta bersama pelajar Sekolah Dasar Negeri 13 Kapalo Koto, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, Kamis pagi 27 Januari 2022.
Sejak program vaksinasi massal di mulai awal Januari 2021 lalu, ia gencar berperang melawan disinformasi yang berkaitan dengan vaksin. Door to door hingga menggunakan platform media sosial cara yang digunakan. Sasarannya tak hanya masyarakat di sekitar Kelurahan Limau Manih tempat ia bertugas, tapi juga menyasar ke seluruh penjuru bumi Andalas yang bisa ia jangkau.
Tujuannya, mematahkan argumentasi-argumentasi tak benar yang berseliweran di media sosial tentang vaksin yang kemudian terbukti jitu memengaruhi jalan pikiran sebagian masyarakat. Harapannya, masyarakat di Bumi Andalas khususnya Kelurahan Limau Manih sadar, teredukasi dengan baik dan punya pemahaman serta pengetahuan lebih jika sesungguhnya, vaksin yang merupakan bagian dari ikhtiar melawan pagebluk Coronavirus Disease 2019 itu, aman dan halal serta ampuh mengurangi dampak risiko apabila terinfeksi.
Albert Amarta, bukanlah sosok Polisi yang sehari-hari berjibaku menangkap penjahat atau teroris dan tugas-tugas berbahaya lainnya. Polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) ini, bertugas sebagai personel Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Limau Manih di bawah komando Kepala Kepolisian Sektor Pauh, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Muzhendri.
Ritme sosialisasi dan kampanye #AyoVaksin #VaksinSehat yang dilakukan oleh Bintara yang kini menjadi Pilot Project Bhabinkamtibmas Polsek Pauh tersebut, kian massif pasca Pemerintah melalui Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI, mengeluarkan rekomendasi pemberian dosis pertama vaksin untuk perluasan kelompok penerima usia 6 hingga 11 tahun pada 14 Desember 2021.
Kekhawatiran sebagian besar Wali Murid akan dampak jangka panjang yang kemungkinan saja terjadi terhadap kesehatan usai tubuh anaknya menerima suntikan vaksin, menjadi rintangan suami dari Hardria Nova itu untuk mencapai target vaksinasi 100 persen pada penerima kelompok ini di Kecamatan Pauh.
Namun demikian, pelan tapi pasti, penjelasan yang disampaikan Albert mampu ditangkap dengan baik oleh masyarakat. Pola komunikasi yang mengarah dan mirip dengan jenis komunikasi Pathic Speech atau gaya komunikasi verbal yang berusaha menciptakan hubungan sosial dan Poetic Speech atau pola komunikasi lisan yang berfokus pada penggunaan kata yang tepat melaui pemilihan kata-kata yang indah, ungkapan yang menggambarkan rasa seni dengan gaya yang khas, terbukti berhasil menumbuhkan rasa keyakinan dan rasa tenang.
Tercatat, khusus di Kecamatan Pauh, sudah 896 penerima dari total yang terdaftar sebanyak 907 pada kelompok 6 hingga 11 tahun ini yang mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama jenis Sinovac. Capaian angka ini tentu tak gampang apalagi mengingat sangat banyak disinformasi soal vaksin ini. Capaian ini, berkat kegigihan Aipda Albert bersama rekan-rekannya menggempur informasi hoax tentang vaksin dan berhasil menyakinkan para orang tua.
Kepada VIVA pada Kamis siang 27 Januari 2022 itu, pria kelahiran Padang 9 April 1984 itu menegaskan, selaku Bhabinkamtibmas, di masa pagebluk Covid-19 yang belum tahu ujung akhirnya, beban dan tanggung jawabnya kian bertambah. Ia dituntut harus mampu menjaga dan melindungi masyarakat terutama di Kelurahan Limau Manih agar tidak terinfeksi. Disiplin menerapkan protokol Kesehatan, juga tak henti-hentinya ia kampanyekan.
“Sekarang, vaksin untuk anak usia dini sudah dimulai. Tantangannya beda lagi, kita harus bisa meyakinkan orang tua bahwa vaksin yang disuntikkan ke anak-anak mereka, sudah melewati uji kelayakan. Sudah dinyatakan aman dan halal. Bagi saya, vaksin untuk kelompok penerima ini penting dilakukan. Namanya juga anak-anak ya kan. Susah untuk mereka menjaga jarak apalagi pakai masker sepanjang berada dilingkungan sekolah. Kita aja yang sudah dewasa proseknya masih kendor,” kata Aipda Albert Amarta.
Maka dari itu kata Albert, untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak risiko apabila terinfeksi, maka vaksin merupakan jalan satu-satunya. Kelompok penerima 6 hingga 11 tahun ini, menurutnya juga merupakan kelompok rentan terinfeksi. Harus ada pola pencegahan agar tetap bertahan di bawah ancaman pagebluk yakni dengan vaksin.
“Saya ingin anak-anak di Pauh tetap sehat. Mereka adalah generasi penerus bangsa ini. Harus tetap sehat. Tak terbilang sudah jumlah saudara kita yang meninggal akibat Covid-19 ini. Jangan sampai anak-anak kita juga bernasib demikian. Kita ingin melihat mereka tumbuh kembang dengan baik dan sehat. Mereka harus punya kekebalan tubuh. Ya di masa sekarang, vaksin lah salah satu untuk membentuk kekebalan tubuh mereka,” ujar Albert.
Tangkal Disinformasi Vaksin Dengan Kekuatan Silaturahmi
Sesungguhnya kata Aipda Albert, menangkal seluruh disinformasi tentang vaksin yang begitu banyak, tak hanya sekedar cukup dibantah dengan argumentasi saja. Butuh metode khas karena, pemahaman dan karakter masyarakat kita berbeda-beda.
Kata atau kalimat yang disampaikan untuk mematahkan seluruh disinformasi vaksin itu, haruslah yang mudah dimengerti. Akan sulit diterima apabila penjelasan yang kita sampaikan terlalu berat. Contoh, menggunakan istilah-istilah medis. Mereka akan sulit mencerna. Tapi jika menggunakan bahasa sehari-hari akan lebih mudah dimengerti.
“Nah, khusus untuk program vaksinasi untuk kelompok 6 hingga 11 tahun ini, kita lakukan dengan berbagai macam cara. Berkunjung ke rumah warga. Kita edukasi dengan baik. Di sini, metode yang kita gunakan adalah mengedepankan kekuatan silaturahmi yang sejak lama sudah kita bangun bersama. Bahasa yang kita gunakan adalah yang bisa menimbulkan keyakinan warga bahwa vaksin untuk anak ini aman,” ujar Albert.
Untuk lebih meyakinkan lagi kata Albert, dirinya tidak hanya memberikan penjelasan. Namun juga menyertai beberapa contoh seperti, adanya video hoax yang beredar. Setelah diusut, pelaku kemudian meminta maaf dan menyatakan hal itu tidak benar.
Pun dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Aipda Albert tak menampik ini ada terjadi. Namun, dirinya memberikan pemahaman jika KIPI merupakan hal yang wajar karena respons di tubuh penerima vaksin berbeda. Ada yang demam, ada juga yang tidak demam.
“Yang dicemaskan orang tua ini kan, sebenarnya KIPI. Nah, di situ peran kita. Kita jelaskan berdasarkan rujukan dari ahli-ahli kesehatan. Kita juga buka data jika KIPI persentasenya selama ini sangat kecil. Itu artinya, vaksin ini aman. Ini selalu kita sampaikan baik di warung, kedai kopi, Masjid dan Musala. Berita bohong, selalu kita counter dengan fakta di lapangan. Kita ada program safari Jumat. Selain menyampaikan informasi yang berkaitan dengan tindak kriminalitas, edukasi vaksin juga kita sampaikan,” kata Albert lagi.
Menurut Albret, selain door to door, kampanye dan edukasi vaksin anak, juga dilakukan di platform media sosial pribadi dan Polsek Pauh. Banyak video testimoni dari warga yang sudah divaksin dan juga video dari wali murid yang menyatakan vaksin itu aman dan halal kita sebar.
Dengan adanya video-video testimoni yang disebar di media sosial, tentu saja ranah edukasi dan kampanye lebih luas. Tidak hanya diperuntukkan bagi warga di kelurahan Limau Manih, namun juga diperuntukkan bagi seluruh masyarakat yang ada di bumi Andalas ini.
“Alhamdulillah, saat ini kalau di Kecamatan Pauh, sudah ada 700 siswa SD kita yang divaksin. Ini berkat kolaborasi kita dengan tokoh adat, masyarakat, tokoh agama dan Bundo Kanduang. Saya ingin, anak-anak generasi penerus di bumi Andalas ini semuanya sehat. Mereka harapan kita,” ujar Albert.
Piawai Berbahasa Inggris
Dikalangan rekan kerja dan Sekolah Dasar (SD) khususnya di kelurahan Limau Manih, nama Aipda Albert tak hanya dikenal sebagai Polisi yang sehari-hari mengabdikan diri sebagai Bhabinkamtibmas. Ia juga ternyata piawai berbahasa Inggris. Bahkan, di beberapa Sekolah Dasar, ia menjadi guru bahasa Inggris tanpa meminta bayaran sepersen pun.
Kepiawaian berbahasa Inggris itu, tak hanya diterapkan Aipda Albert di ruang kelas saja, Namun ketika menjalankan program vaksinasi khususnya untuk penerima kelompok pelajar, ia juga berinteraksi menggunakan Bahasa Inggris meski tidak secara keseluruhan. Menurut Albert, selain menciptakan kondisi yang aman dan tertib di lingkungan Masyarakat, mengajar juga merupakan bagian dari komitmen pengabdian untuk masyarakat.
Cita-cita Albert sederhana saja. Agar anak-anak SD, dapat menguasai bahasa Inggris. Bahasa pergaulan dunia dan ilmu pengetahuan. Supaya, di masa mendatang mereka tak kalah saing dengan generasi penerus dari bangsa lain.
Sebenarnya, Albert sesungguhnya tak begitu mahir-mahir amat dalam berbahasa Inggris. Ia cuma bermodal pernah kursus hingga tahap intermediate sewaktu sekolah menengah atas. Kosakata yang dimilikinya pun, tak banyak. Ia bukan selevel pengajar atau dosen bahasa Inggris. Namun, komitmen dan ketulusaannyalah yang memotivasinya untuk mengajar anak-anak, sambil terus belajar dan memperkaya kosakata.
Albert menambahkan, mengajar bahasa Inggris di beberapa Sekolah Dasar, merupakan salah satu program terobosan kreatif Bhabinkamtibmas di Kelurahan Limau Manis. Agar tak mengganggu kurikulum pembelajaran, waktu yang digunakan untuk belajar Bahasa Inggris ini hanya di hari sabtu. Disela program pengembangan diri yang dicetus masing-masing sekolah.
“Program ini, sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir. Fokus utamanya, hanya pada murid-murid kelas enam. Tujuannya, bukanlah untuk membuat anak-anak itu fasih berbahasa Inggris melainkan cukup mengenal saja sehingga kelak ketika SMP dan SMA mereka dapat mengembangkan sendiri kemampuannya. Kita juga bentuk karakter mereka, karakter yang bermoral, anak-anak yang punya mental kepribadian, dan berani tampil di depan umum,” ujar Albert.
Ke depan, Aipda Albert Amarta berharap, apa yang sudah ia lakukan ini, dapat menjadi ladang pahala. Selain itu, mengemban tanggung jawab sebagai Bhabinkamtibmas, ia juga ingin membuktikan bahwasanya, pekerjaan Polisi tidak hanya berurusan dengan persoalan kriminalitas, namun juga tentang kemanusiaan.
Baca juga: Moms, Ini Trik Agar Si Kecil Tak Takut Vaksin COVID-19