BRIN: Vaksin Merah Putih Segera Uji Praklinik
- ANTARA/M Risyal Hidayat
VIVA – Serangan wabah global COVID-19 atau yang dikenal publik sebagai pandemi Corona telah memasuki tahun kedua dan masih menjadi pukulan telak bagi siklus hidup berbagai sektor, mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial, pemerintahan, hingga pendidikan yang kemudian melahirkan cara hidup normal yang baru.
Harapan publik akan lahirnya vaksin virus COVID19 buatan Indonesia Vaksin Merah Putih sangat tinggi. Karena vaksin nasional ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam memukul balik perkembangan virus, serta menjadi kebanggan terhadap kualitas riset nasional.
Pelaksana tugas Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto menyebut, vaksin COVID-19 dengan platform sub unit protein rekombinan itu masih dalam proses pengembangan.
"Riset vaksin Merah Putih masih berjalan, yang berbasis sel ragi atau yeast dalam proses pengembangan lebih lanjut. Tingkat produksinya juga sudah sesuai dengan taraf yang diisyaratkan pihak industri, dalam hal ini PT. Bio Farma," kata Kusharyoto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022.
Mendukung pernyataan Wien, Peneliti Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman-BRIN, Tedjo Sasmono mengatakan, saat ini perkembangan Vaksin Merah Putih yang diteliti oleh tim PRBM Eijkman-BRIN sudah dalam tahap hilirisasi di mitra industri, yakni PT Bio Farma. Ia berharap dalam waktu dekat sudah bisa dilakukan uji pra-klinik dan klinik.
“Semoga vaksin COVID-19 karya anak bangsa ini bisa berkontribusi dalam penangulangan pandemi dan menjadi wahana untuk kemandirian bangsa dalam riset vaksin," ujar Tedjo.
Dalam kesempatan terpisah, Periset Lab. Terapeutik dan Vaksin, Andri Wardiana mengatakan, sampai saat ini Indonesia belum berhasil membuat vaksin ataupun obat biologi lainnya secara mandiri.
“Dalam artian, dari mulai desain awal dan baru bisa melakukan transfer teknologi seperti yang dilakukan Biofarma dan beberapa perusahaan farmasi lainnya,” kata Andri.
Menurut, agar Indonesia bisa memproduksi vaksin sendiri, harus dimulai dengan melakukan kerja sama banyak pihak. “Dukungan secara menyeluruh dari berbagai pihak meliputi akademisi/ peneliti, pelaku industri dan pendukung lainnya, termasuk political will dari pemerintah juga diperlukan,” tuturnya.
Andri mencontohkan, pada pengembangan vaksin Covid-19 dari Oxford/Astrazeneca berbagai macam institusi yang saling memberikan support. Berbagai institusi bekerja sama menghasilkan satu jenis vaksin yang mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di awal.
“Kita harus memulai seperti itu, kepakaran dari berbagai bidang berkumpul dan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan utama yaitu kemandirian produksi vaksin,” tegas Andri.
Ia berharap, dengan adanya program Vaksin Merah Putih ini bisa dijadikan momentum untuk mewujudkan kemandirian vaksin dalam negeri. “Kita harus sudah mulai belajar memperbaiki hal-hal apa saja yang menjadi kendala pada proses pengembangan Vaksin Merah Putih ini" tambahnya.