4 Fakta Nur Aini, Mahasiswi Cantik Jadi Buruh Panggul Semen di Pinrang
- Instagram @ainhy_eny
VIVA – Mahasiswi cantik bernama Nur Aini (23) yang berasal dari Pinrang menjadi sorotan publik setelah videonya viral di media sosial. Pasalnya mahasiswi cantik tersebut terlihat sedang menjadi buruh panggul semen. Hal itu diketahui karena Nur Aini ingin membantu kedua orang tuanya.
Video viral tersebut diunggah di media sosial TikTok dengan nama akun @ainhy0507 dan sudah ditonton sebanyak jutaan kali. Dalam video tersebut terlihat bahwa Nur Aini sedang mengangkut karung semen di bahunya yang dia ambil dari truk dan dibawa ke gudang. Berikut fakta-fakta Nur Aini buruh panggul semen di Pinrang.
Menjadi buruh kasar
Demi membantu orang tuanya, Aini rela menjadi seorang buruh kasar atau buruh panggul semen. Pekerjaan tersebut diketahui sebagai pekerjaan yang bisa dibilang cukup berat. Ternyata pekerjaan kasar tersebut sudah ia lakukan sejak masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Setiap satu karung semen yang dipanggulnya dari truk ke gudang hanya menghasilkan Rp600. Dalam sehari Aini bisa mengangkut sampai 200 karung semen. Upah yang biasanya ia dapatkan selama 3 hari bekerja totalnya adalah Rp400 ribu.
Membantu orang tua
Kedua orang tua Nur Aini buruh panggul semen juga diketahui memang bekerja dalam bidang yang sama sehingga ia juga melakukan hal tersebut karena rasa penasaran dan untuk membantu orang tuanya. Ia juga sama sekali tidak merasa malu atas apa yang ia kerjakan itu demi kedua orang tuanya.
Kuliah sambil bekerja
Diketahui perempuan yang dipanggil Aini ini merupakan mahasiswa Jurusan Olahraga di Universitas Negeri Makassar (UNM). Ia membagi waktunya untuk kuliah dan bekerja membantu orang tua. Kuliahnya dilakukan pada hari Senin-Kamis sedangkan Kamis-Minggu ia akan pulang ke Pinrang untuk menjadi buruh panggul semen. Minggu sorenya ia akan kembali lagi ke Makassar untuk berkuliah.
Seorang wanita yang kuat
Karena pekerjaan kasar yang ia jalani, Aini kerap merasakan sakit di bahu dan punggungnya bahkan di awal bahunya sampai sempat berdarah lantaran menahan beban yang cukup berat. Namun, seiring berjalannya waktu hal itu menjadi suatu yang dianggap biasa saja dan sudah tidak menjadi beban lagi baginya.