BNPB: Angka Bencana Turun tapi Dampak Meningkat Signifikan
- VIVA / Vicky Fazri (Jakarta)
VIVA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyebut angka kejadian bencana menurun namun memberikan dampak signifikan.
“Artinya semakin tahun, dampak terjadinya bencana baik menimpa atau berdampak pada jiwa manusia semakin signifikan,” ujar Suharyanto dalam Taklimat PMK yang diikuti secara daring dari Jakarta, Rabu, 29 Desember 2021.
Suharyanto memaparkan kejadian bencana tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 turun sebanyak 34 persen. Hingga kini tercatat ada 3.058 kejadian bencana pada 2021.
Sementara korban meninggal dunia akibat bencana meningkat 76,1 persen, luka-luka naik sebanyak 2180 persen. Kemudian terdampak dan mengungsi naik sebanyak 24,1 persen, dan rumah rusak naik sebanyak 115,9 persen.
Suharyanto mengungkap kejadian bencana paling dominan adalah banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan gelombang pasang yang menyumbang 89,7 persen atau 2.072 kejadian bencana.
Daerah paling banyak kejadian bencana di antaranya Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah. Wilayah itu, katanya, perlu peningkatan tahap penanggulangan bencana dari mitigasi, edukasi dan penanganan darurat.
Dampak bencana merusak tampak pada kejadian Gempa Mamuju, Sulawesi Barat, pada Januari 2021 dan Siklon Tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur pada April 2021.
Kemudian paling dominan menyebabkan korban luka yakni pada kejadian Gempa Mamuju, Sulawesi Barat, pada Januari 2021 dan awan panas guguran Semeru pada Desember 2021.
BNPB masih menghitung capaian persentase penurunan potensi kehilangan PBD akibat dampak bencana dan ditargetkan pada tahun ini 0,1 persen.
Kemudian persentase kelengkapan sistem peringatan dini bencana hidrometeorologi dan tektonis dengan target 92 persen, masih dalam penghitungan.
Mengenai Indeks Risiko Bencana Indonesia rata-rata nasional, menurut Suharyanto telah terjadi penurunan. Dia mengatakan rata-rata penurunan IRBI pada periode 2019-2021 adalah 1,64 persen, dan pada tahun 2021, kata Suharyanto, nilainya akan segera keluar di akhir tahun. (ant)