Pengembang Perumahan Terdampak Banjir Lombok Tak Terima Dituduh Lalai

Tim SAR mengevakuasi korban banjir di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Sumber :
  • VIVA/Satria Zulfikar

VIVA – Pimpunan Real Estate Indonesia (REI) Provinsi Nusa Tenggara Barat menepis tuduhan sebagian kalangan yang menyebut bahwa beberapa perusahaan pengembang anggota asosiasi itu yang membangun perumahan di Lombok Barat lalai sehingga sejumlah perumahan terdampak banjir pada Senin lalu.

Perumahan Pondok Indah di Desa Sesela, Perumahan Bhayangkara Regency di Desa Ranjok, dan Perumahan Ayodhia di Desa Meninting, terdampak banjir yang cukup parah. Ratusan keluarga berdampak.

REI Provinsi NTB mengklaim telah menginvestigasi beberapa perumahan yang terdampak banjir, terutama yang pengembang perumahannya anggota REI. Hasil investigasi, menurut REI, tidak ditemukan unsur kelalaian dari pihak pengembang sehingga perumahan terdampak banjir.

"Kami cek lapangan dan juga administrasi perumahan dari developer-nya. Persyaratannya sudah sesuai aturan, lokasi sudah sesuai RTRW Lombok Barat, ada IMB, sertifikat Amdal, dan, yang terpeting, ada sertifikat Pail Banjir yang menyatakan kawasan itu aman dari banjir," kata Ketua REI NTB Heri Susanto, di Mataram, Rabu, 8 Desember 2021.

Sesuai kajian REI NTB, katanya, banjir yang melanda di tiga perumahan itu murni bencana alam dan bukan kesalahan pihak pengembang. Ia juga membantah rumor bahwa tiga perumahan itu langganan banjir setiap tahun, padahal kalau memang langganan banjir pasti ada rekam jejaknya.

"Ini kan kejadian bencana, akibat curah hujan sangat tinggi. Hampir semua di Gunungsari dan Batulayar yang selama ini tidak pernah banjir terdampak," katanya. Ia mencontohkan, SPBU Meninting dan sekitarnya juga terendam banjir. Padahal selama ini jarang terjadi.

Banjir melanda Lombok Barat, sebanyak 1.557 warga terpaksa mengungsi.

Photo :
  • BPBD

Banjir melanda sebagian besar wilayah Gunungsari dan Batulayar, Lombok Barat, pada Senin 6 Desember 2021. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi BMKG Mataram, curah hujan tinggi dan esktrem memang terjadi di sekitar wilayah NTB saat itu.

Hujan mengguyur secara merata di seluruh wilayah NTB dengan beberapa wilayah mengalami curah hujan tinggi hingga ekstrem.

Data BMKG menyebutkan, Wilayah Cakranegara, Gunungsari, Majeluk, Labuapi, dan Pemenang Timur di bagian barat Lombok serta wilayah Sanggar di Pulau Sumbawa mengalami curah hujan lebih dari 100 mm per hari yang dapat menjadi salah satu penyebab bencana hidrometeorologis.

"Berdasarkan kajian lapangan, banjir terjadi karena memang curah hujan ekstrem. Kemudian ada longsor yang menyebabkan pepohonan ikut terbawa aliran sungai dan menyumbat jembatan, ini memperparah kondisi banjir," katanya.