Cara Yenny Wahid Halau Gerakan Radikalisme di Pelosok Desa
- Instagram Yenny
VIVA - Putri dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Yenny Wahid, memiliki cara tersendiri untuk menghalau paham radikal atau radikalisme di tingkat pedesaan. Salah satunya dengan membentuk desa damai.
"Desa damai merupakan bentuk penguatan peran perempuan di berbagai bidang," kata Yenny melalui keterangan tertulisnya, Sabtu, 20 November 2021.
Menjalar Hingga Pelosok Desa
Yenny menuturkan gejala intoleransi dan radikalisme sudah menjalar hingga ke pelosok desa di Indonesia. Keberadaan media sosial menjadi salah satu kontributor mewabahnya intoleransi melalui hoaks dan fitnah.
"Jika diberdayakan desa-desa yang ada di Indonesia sebenarnya memiliki ‘penawar’ sendiri untuk permasalahan ini. Penawar itu yakni kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai gotong-royong dan persaudaraan di tengah keragaman," ujarnya.
Pembangunan Ekonomi
Dia mengatakan program desa damai meliputi dua hal. Pertama, pemberikan askes permodalan dan pelatihan wirausaha melalui pembinaan perempuan. Dan kedua, pelatihan bagi masyarakat desa untuk melihat potensi konflik yang bersumber pada intoleransi.
"Pembangunan ekonomi dan pemberdayaan perempuan diyakini memegang peranan penting dalam menangkal intoleransi dan radikalisme. Program desa damai diharapkan dapat menjaga masyarakat dari bahaya-bahaya yang dapat memecah persaudaraan dan kebangsaan," katanya lagi.
16 Desa
Sejauh ini, Yenny telah mendeklarasikan sedikitnya 16 desa sebagai desa damai di seluruh Indonesia. Terbaru, dia mendeklarasikan desa tersebut di Kelurahan Sinduharjo, Kapanewon Ngaglik.
Desa itu merupakan desa damai pertama yang ada di Kabupaten Sleman dan Yogyakarta sejak Direktur Wahid Foundation itu bersama dengan PBB dan UN Women bersinergi untuk membentuk konsep desa damai ini.
Di Kelurahan Sinduharjo, deklarasi yang dilakukan Yenny bersama Bupati Sleman sengaja dilakukan pada 21 September lalu, bertepatan dengan Hari Perdamaian Dunia.
Yenny percaya pembentukan desa damai bisa berperan penting untuk menguatkan ketahanan desa. Ia menyebut program yang telah digagas sejak lama ini memang mengutamakan pembangunan ekonomi desa dan pemberdayaan perempuan. Hal itu bisa terlihat melalui pembentukan kelompok kerja yang keanggotaannya minimal 30 persen perempuan.