Kapolri: Stigma Polisi Gerak Cepat Jika Viral Harus Dihapuskan

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Sumber :
  • VIVA/Edwin Firdaus

VIVA Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan jajarannya, untuk menindak anggota yang melakukan pelanggaran dengan cepat sehingga tidak menunggu ramai atau viral dulu di media sosial (medsos). 

Menurut Sigit, stigma polisi baru gerak cepat jika diviralkan di medsos itu harus dihapuskan. “Sesuai konsep Presisi, jajaran Polri harus prediktif, responsibilitas dan transparansi berkeadilan. Jadi tolong ini diperbaiki. Tak harus viral, tapi masalah bisa cepat diselesaikan. Terjadi kebuntuan komunikasi sehingga masyarakat menyampaikan keluhan dengan menggunakan medsos," kata Sigit di Mabes Polri, Rabu, 10 November 2021.

Sebenarnya, kata dia, keluhan masyarakat akan diminimalisir apabila jajarannya benar-benar memanfaatkan sejumlah aplikasi yang telah diluncurkan. Seperti layanan Hotline 110, Propam presisi, Dumas Presisi, Binmas Online Sistem (BOS), SKCK online, Pelayanan Masyarakat SPKT, Aduan SPKT, SP2HP online, dan lainnya.

Menurut dia, aplikasi yang banyak itu tidak dirasakan masyarakat apabila tidak mendapatkan respons dari aparat kepolisian. Apalagi, ia mengakui masyarakat masih menyampaikan keluhannya melalui pesan tertulis.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo

Photo :
  • dok Polri

"Sampai saat ini masih banyak yang WhatsApp saya melaporkan masalah. Pada saat saya tanya kenapa tidak dilaporkan ke wilayah, karena tidak bisa nomor diblokir. Kalau memang ada masalah, masyarakat perlu ada penjelasan. Tolong jelaskan khususnya masalah di kepolisian,” ujarnya.

Sehingga, kata dia, masyarakat mengerti posisi hukumnya apakah kasusnya bisa ditindaklanjuti atau tidak bisa, karena ada batasan kewenangan yang dimiliki. “Namun kita berusaha menyelesaikan semuanya sehingga rasa keadilan buat masyarakat dapat dirasakan," ujarnya.

Di samping itu, Sigit menyinggung adanya persepsi tentang polisi antikritik. Menurut dia, persoalan tersebut menjadi tantangan yang harus diselesaikan dan dibuktikan kepada masyarakat bahwa polisi tidak antikritik.

"Polisi tidak anti kritik. Ini jadi tantangan saya karena kritik penting dan dimanfaatkan. Ada persepsi di masyarakat tentang kita dan kita harus perbaiki. Persepsi yang diharapkan sesuai dengan keinginan masyarakat. Banyak program kita yang dilaksanakan namun memang perlu waktu," katanya.

Ia memerintahkan seluruh jajarannya selalu turun ke lapangan bertemu masyarakat dan anggota, untuk mengetahui masalah yang akan diselesaikan. Untuk itu, bangkitkan kepercayaan masyarakat demi institusi.

“Saya yakin institusi Polri adalah institusi yang disayang masyarakat dan bagaimana kita meyakinkan agar tetap berada di performa itu,” ucapnya.

Selanjutnya, Sigit juga mengingatkan jajarannya harus bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Tunjukkan bahwa Polri saat ini jauh lebih baik, sebagaimana dengan semangat konsep Presisi.

"Perkembangan teknologi kita manfaatkan sehingga profesionalisme dari kepolisian bisa terlihat. Bagaimana kita membangkitkan semangat anggota, manfaatkan teknologi biar semakin baik dan profesional,” katanya.