Waspadai Lonjakan COVID-19 Akhir 2021, Pemerintah Siapkan Langkah Ini

Virus COVID-19
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Pemerintah terus mewaspadai lonjakan kasus COVID-19 gelombang ketiga. Meski kasus harian tergolong masih terkendali, bukan berarti kewaspadaan kendur.

Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan kasus harian yang tengah melonjak tajam di sejumlah negara patut diamati dan menjadi perhatian bersama.

“Ini menjadi perhatian bagi Indonesia untuk tetap berhati-hati menyikapi penurunan kasus yang terjadi terutama dalam hal pembukaan aktivitas masyarakat,” ujar Wiku saat menyampaikan keterangan pers secara virtual, Selasa 9 November 2021. 

Baca juga: Luhut Ungkap Kasus COVID-19 Jakarta Naik Lagi, Ini Respons Wagub Riza

Kata ahli penyakit infeksi ini, yang mesti diwaspadai dan menjadi kesadaran bersama adalah kala dibukanya sejumlah area publik dan pelonggaran mobilitas masyarakat, harus diikuti pula dengan protokol kesehatan ketat. 

Pemerintah pun, kata Wiku, mewaspadai betul potensi lonjakan kasus di masa libur panjang di akhir tahun.

Wiku pun lagi-lagi berbicara kewaspadaan berkaca kasus yang pernah terjadi di India beberapa waktu lalu. Jangan sampai kala itu, virus Delta yang terjadi di India karena kemudian minim pengawasan lantas virus menyebar luas di Tanah Air.

“Ketika dunia yang didominasi kasus dari India melonjak pada April 2021, Indonesia justru sedang berada di angka kasus yang sangat rendah,” ucap Wiku. 

Sebelumnya pun, dikatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah mitigasi apabila terjadi lonjakan lasus COVID-19 di akhir tahun. Salah satunya yakni menyiapkan obat-obatan. 

"Kita juga mempersiapkan rumah sakit obat-obatan, jadi kita sedang melakukan uji klinis terhadap obat-obatan baru yang ada. Mungkin yang lagi ramai adalah Molnupiravir, ini dari Merck," kata Budi, saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin 8 November 2021.

Ilustrasi obat COVID-19.

Photo :
  • Health Europa

“Kita sudah lihat bahwa dia butuh lima hari masing-masing harusnya 8 tablet, jadi kira-kira butuh 40 tablet lah. Dan ini hitung-hitungan kami antara 40 sampai 50 dolar (USD) jadi tidak terlalu mahal, di bawah satu juta," sambungnya.

Molnupiravir merupakan obat antivirus baru yang sedang diteliti potensinya untuk mengobati COVID-19. Penelitian sejauh ini menunjukkan Molnupiravir memiliki efektivitas yang cukup tinggi serta efek samping yang tergolong ringan dalam mengobati COVID-19. 

Menurut Budi, Kemenkes akan memesan Molnupiravir sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi lonjakan COVID-19. Jangan sampai ketika terjadi lonjakan kasus, Indonesia tak memiliki obat-obatan untuk menangani COVID-19. 

"Yang sudah kita lakukan adalah kemarin saya sudah ke Amerika deal dengan Merck rencananya kita akan beli dulu sementara mungkin 600 sampai 1 juta tablet, 600 ribu sampai 1 juta tablet bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri mudah-mudahan tidak terjadi. Tetapi kalau terjadi seenggaknya kita punya stok obatnya dulu," kata Budi.