Kompolnas Bela Densus 88 yang Menyita Kotak Amal dari Kelompok Teroris

Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto menyebutkan bahwa penyitaan kotak amal milik kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung sudah didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Densus [88 Antiteror Polri) ketika menyita kotak amal tentunya sudah didukung bukti yang kuat dan harus dipertanggungjawabkan di depan pengadilan," kata Benny yang juga mantan Penyidik Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri saat dihubungi melalui pesan Whatsapp di Jakarta, Selasa, 9 November 2021.

Menurut Benny, kalau ingin melumpuhkan organisasi teroris maka salah satu caranya adalah mematikan sumber dananya.

Mengenai sumber pendanaan teroris itu, Benny menjelaskan Para Wijayanto, pemimpin jaringan teroris JI, memiliki kemampuan mengelola organisasi sangat profesional karena latar belakangnya adalah pebisnis.

Benny mengungkap latar belajar Para Wijayanto pernah bekerja di lima perusahaan dan terakhir sebagai HRD perusahaan besar di Jawa Tengah. Dia lulusan fakultas teknik salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah.

"Dia (Para Wijayanto) pernah belajar cara membuat senjata di Filipina Selatan. Saya mempelajari strategi yang dia buat memang sangat bagus dan mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat," kata Benny.

Menurut Benny, sebelum kepemimpinan Para Wijayanto, organisasi JI dipimpin oleh pimpinan berlatar belakang pendidikan agama sehingga penggalangan dananya sangat terbatas, seperti sumbangan dari infak, sedekah, dan hasil fa'i (perampokan bank dan sebagainya), atau sumbangan dari Al Qaeda.

Punya bisnis legal

Para Wijayanto, kata Benny, telah menyusun buku inti strategi "Tamkin" yang isinya termasuk cara membangun jaringan dan menggalang dana. Salah satu cara penggalangan dana adalah melalui kotak amal yang disamarkan sehingga masyarakat tidak tahu siapa di balik kotak amal itu.

"Mereka bahkan punya bisnis legal sebagai sumber dana untuk mengelola organisasi, termasuk memberangkatkan ratusan anggotanya ke Suriah," kata Benny.

Ilustrasi/Tim Densus 88 Antiteror

Photo :
  • ANTARA/Muhammad Iqbal

Pendanaan ini, menurutnya, sangat penting bagi organisasi teroris karena ibarat darah bagi tubuh manusia.

Untuk itu, Benny menekankan masyarakat harus belajar tentang perkembangan jaringan teroris yang makin maju dan canggih agar tidak tertinggal informasi, baik cara teroris berkomunikasi dengan teknologi terkini maupun cara teroris mencari dukungan dana.

Densus 88 Antiteror Polri menangkap delapan orang yang diduga terlibat jaringan teroris kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung pada periode akhir Oktober sampai awal November 2021.

Kepolisian juga menyita 791 dan 500 kotak amal saat menangkap beberapa terduga teroris di Lampung minggu lalu. Namun, penangkapan dan penyitaan itu dikritik oleh beberapa kelompok masyarakat, di antaranya kalangan politikus. Anggota DPR RI Fadli Zon, lewat akun Twitter pribadinya, Sabtu pekan lalu, mengunggah cuitan, "Densus 88 versus Kotak Amal. Islamofobia akut". (ant)