Potensi Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Meningkat saat Musim Hujan

Gunung Merapi muntahkan awan panas
Sumber :
  • BPPTKG

VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan bahwa potensi terjadinya banjir lahar dingin atau lahar hujan di sungai-sungai berhulu ke Gunung Merapi meningkat pada saat musim hujan.

"Pada musim hujan, potensi banjir lahar makin meningkat. Endapan material vulkanik di lereng sisi tenggara Merapi mencapai 2,8 juta meter kubik, sedangkan sisi barat daya 1,6 juta meter kubik," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman Makwan di Sleman, Selasa, 2 November 2021.

Menurut dia, daerah-daerah yang wilayahnya dilalui atau dilewati sungai berhulu ke Gunung Merapi diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan selalu memantau perkembangannya yang terjadi di Gunung Merapi. Beberapa kali sudah terjadi aliran lahar hujan menerjang aliran Sungai Boyong.

BPBD Sleman telah memasang perangkat early warning system (EWS) di 16 titik di sungai-sungai berhulu Gunung Merapi untuk memantau banjir lahar. EWS dipasang di beberapa titik di Sungai Gendol, Sungai Opak, Sungai Kuning, Sungai Boyong, dan Sungai Krasak.

Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Photo :
  • ANTARA/HO/twitter BPPTKG

Makwan mengatakan, di masing-masing lokasi titik EWS terdapat petugas jaga yang akan segera memberi informasi jika muncul risiko bencana dari Merapi. Informasi ini langsung disampaikan ke wilayah-wilayah bawah, termasuk kepada pengelola wisata dan wisatawan.

BPBD Sleman mengingatkan pelaku wisata, terutama di lereng Gunung Merapi, agar tidak mengambil risiko terkait potensi bencana ini. "Seperti operator jip wisata lava tour, jangan melakukan atraksi di sungai jika turun hujan; jangan coba-coba, meski itu membuat wisatawan senang, tapi risikonya besar," katanya.

Menurut dia, letak geografis Kabupaten Sleman memiliki sejumlah potensi bencana, seperti erupsi Gunung Merapi, banjir lahar dingin, longsor, gempa bumi hingga pandemi COVID-19. (ant)