Pandemi Mulai Mereda, Momentum Museum Bangkit dan Berinovasi
- ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
VIVA – Efek pandemi COVID-19 membuat nyaris semua museum di Tanah Air ditutup sementara sehingga sepi pengunjung. Meski demikian, selama hampir dua tahun pandemi, masih ada pengelola museum berdamai dengan melakukan inovasi pengunjung secara daring.
Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana dalam puncak peringatan Hari Museum Indonesia di Yogyakarta. Supadma mengingatkan museum sebagai tempat yang merekam memori sejarah secara rapih.
"Kini museum menghadirkan dan menceritakan kembali semua kisah agar generasi muda mengetahui sejarah bangsanya," kata Supadma, dalam keterangannya, yang dikutip pada Kamis, 14 Oktober 2021.
Dia menjelaskan dalam dua tahun terakhir museum di Tanah Air memperlihatkan ketangguhannya melawan pandemi COVID-19. Bagi dia, museum merespons masa sulit penuh ketidakpastian sebagai sebuah tantangan dengan cara berbeda.
Menurutnya, museum tetap memastikan berjalan memberi edukasi dan misi pelestarian dengan inovasi serta program layanan secara digital.
"Museum memanfaatkan teknologi informasi agar selalu dekat dan mudah diakses masyarakat secara digital untuk mengobati kerinduan para pengunjung, penikmat seni dan penggiat museum," ujar Anggota DPR dari Fraksi Demokrat tersebut.
Pun, ia melihat museum juga menyajikan identitas melalui presentasi warisan, mempromosikan pluralitas dan keragaman identitas. Lalu, ia menilai secara khusus museum menceritakan keragaman bangsa, menampilkan identitas etnis kelompok maupun personal, mengajarkan, dan mendalami budaya lain untuk menghindari konflik demi menjaga persatuan kesatuan bangsa.
Kini, untuk memaksimalkan kemajuan museum diharapkan semua pihak terkait saling bergandengan tangan.
"Perayaan Hari Museum Indonesia adalah perayaan seluruh rakyat Indonesia, semoga museum terus tumbuh dan semakin tangguh dalam menggapai cita-cita bangsa," tutur Supadma.
Sementara, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan kedekatan kosakata museum tidak paralel dengan minat kunjungannya. Ia menilai sebagian masyarakat menilai museum sebagai tempat tumpukan peninggalan sejarah yang lusuh.
"Mungkin karena museum terkesan sebagai tempat tumpukan peninggalan sejarah yang lusuh dan berdebu sehingga para siswa lebih memilih berkunjung ke mall atau kafe," Sri Sultan.
Dia tak menampik, persoalan klasik museum yakni rendahnya kunjungan karena museum kurang aspiratif, atraktif, dan tidak menghibur. Pun, fungsi edukatifnya juga kurang dikelola dengan baik.
Sri Sultan menyinggung gelombang kunjungan terbesar museum saat kelompok 'paksawan' yaitu siswa yang dipaksa mengikuti program studi tour sehingga diperlukan strategi mediasi dan sosialisasi dengan mengikuti karakteristik pengunjung.
Dia menekankan museum saat ini berperan sebagai syarat dokumentasi dan pusat penelitian ilmiah, pengenalan seni dan budaya, obyek wisata, media pendidikan Iptek dan seni. Namun, akan sulit bila fungsi museum tidak didukung oleh pola pengajaran sejarah.
"Bung karno pernah mengingatkan jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Karena itu kita khawatir jika distorsi sejarah masuk dalam mata ajar di sekolah," tutur Sri Sultan.