Viral Santri Tutup Telinga, MUI: Setop Nyinyir

Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/Anwar Sadat

VIVA - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, M Ziyad, meminta masyarakat tidak memberikan nyinyiran kepada para santri yang videonya beredar menutup telinga saat mau melakukan vaksinasi. Namun, belum diketahui peristiwa tersebut terjadi di mana.

“Kalau ada pihak-pihak yang nyinyir, saya kira berhentilah. Kita semua bersaudara dalam kebangsaan, apapun persepsi agamanya, apapun pandangannya. Kita harus menghormati hak masing-masing,” kata Ziyad saat dihubungi VIVA pada Selasa, 14 September 2021.

Ziyad mengaku belum tahu pasti lokasi para santri yang menutup telinga saat disuntik vaksin COVID-19. Sebab, perlu dilihat secara proporsional apakah betul para santri tutup telinga itu sekedar menghindari dari suara bisingnya musik atau menjaga konsentrasi hafalan Alquran.

“Saya sebagai pengajar dan membina anak Tahfizul Quran, memang anak-anak sedang dalam pendidikan Tahfizul Quran perlu perlakuan khusus, beda dengan anak-anak yang menghafal buku-buku lainnya. Satu di antaranya orang hafal Alquran, dia harus dijaga tingkat konsentrasinya,” ujarnya.

Baca juga: NU Jatim Dukung Polda Serbu Santri dan Nahdliyin dengan Vaksinasi

Maka dari itu, Ziyad tidak sependapat adanya nyinyiran kepada para santri yang tutup telinga saat divaksin lantaran mendengar suara bising musik. Bahkan, ia tidak terima jika para santri disebut radikal.

“Saya tidak sependapat adanya nyinyiran bahwa mereka ini radikal, seperti ISIS dan Taliban itu terlalu jauh. Justru orang yang nyinyir menunjukkan ekstremitas dia, enggak boleh beranggapan seperti itu,” kata dia.

Selain itu, Ziyad mengatakan orang yang menyebut santri berlebihan atau lebay karena tutup telinga dalam rangka supaya tidak terganggu itu sangat tidak Pancasilais atau tak menghormati orang lain.

“Tidak boleh ketika anak-anak ini menutup telinga dalam rangka supaya tidak terganggu dikatakan wah lebay. Orang yang mengatakan lebay, ya dia tidak pernah membaca Alquran dan tidak pernah hafalan Alquran. Kita menghormati orang itu jiwa Pancasilais,” katanya.

Di samping itu, Ziyad menambahkan konsentrasi orang yang menghafal Alquran sampai tidak mau mendengarkan musik itu bukan karena musik haram. Tapi, dalam rangka menghindarkan supaya tidak mengganggu konsentrasi.

Bahkan, kata dia, para santri penghafal Alquran jika ke tempat-tempat wisata melihat misalnya pandangan yang kurang pantas, itu bisa mengganggu hafalannya. Makanya, narasi seperti ini harus publik tahu bahwa tidak sembarangan orang yang menghafal Alquran.

“Apalagi anak-anak ini sudah punya hafalan dan menjaganya lebih berat. Menghafalnya sulit, menjaganya jauh lebih sulit. Kita inget, bagaimana Ustaz Somad ketika ceramah beliau dulu punya hafalan, dan cerita sekali naik pesawat lihat pramugari, hilang beberapa ayat. Itu sebenarnya bukan guyonan, tapi betapa orang yang punya hafalan harus dijaga sampai tingkat itu,” katanya.