Deretan Aksi Tuan Guru Bajang Bela Jokowi

Tuan Guru Bajang.
Sumber :
  • VIVA/Lilis Khalisotussurur

VIVA – Kabar gembira diterima Muhammad Zainul Majdi atau yang lebih dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB). Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat ini didaulat menjadi TGB menjadi wakil komisaris utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) mendampingi Adiwarman Azwar Karim sebagai Komisaris Utama yang merangkap Komisaris Independen BSI.

Pengangakatan Tuan Guru Bajang sebagai wakil komisaris ini tertuang dalam hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Syariah Indonesia (BSI) pada 24 Agustus 2021. Nah, terkait dengan kabar terbaru ini, redaksi mencoba kembali mengangkat sosok dan sepak terjang Tuan Guru Bajang selama ini.

Bukan rahasia lagi jika TGB, pria kelahiran Pancor, Selong, Lombok Timur, NTB pada 31 Mei 1972 ini memang dikenal sangat mendukung semua kebijakan Presiden Joko Widodo. Bahkan ia kerap tampil datang membela saat kritikan mengarah pada orang nomor satu di Indonesia tersebut. 

Baca juga: Tuan Guru Bajang Jadi Wakil Komisaris Utama

Yang paling anyar, TGB datang membela saat cuitan media sosial Presiden Joko Widodo membahas 'muazin' saat Idul Adha. Sementara Salat Idul Adha, tidak ada azan. Namun TGB datang membela saat itu.

"Banyak komen terkait kata 'muazin' dalam postingan Pak Jokowi @jokowi di twitter. Tidak sedikit yang membully dan mentertawakan. Alasannya, tidak ada azan dalam shalat Id sehingga tidak perlu muazin," kata Tuang Guru Bajang dalam laman Instagramnya @tuangurubajang, dikutip VIVA pada Kamis, 22 Juli 2021. 

TGB menjelaskan mengenai huru hara tersebut terkait dengan ilmu fikih. TGB tak lupa mengutip tulisan Imam Nawawi RA dalam kitab Al-Majmu, salah satu kitab babon dalam fikih Syafii. 

Imam Syafii dan Ashab (para tokoh utama Mazhab Syafii) mensunnahkan ucapan: Ash-shalatu jamiah (saat shalat id), berdasarkan qiyas dengan shalat gerhana. Imam Syafii mengatakan dalam bukunya Al-Umm. "Aku suka apabila Imam memerintahkan muazin untuk menyerukan di shalat Id dan shalat lain yang dilaksanakan secara berkumpul, "Ash-Shalatu jamiah'.

"Jadi istilah Muazin juga dipakai dalam shalat Id, hanya saja yang diserukan bukan azan yang biasa namun ucapan Ash-Shalatu jamiah. Dan inilah yang diamalkan selama ini," katanya.

Jauh sebelum itu, TGB juga beberapa kali datang membela Presiden Joko Widodo. Termasuk saat Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang dalam Pilpres 2019. Saat kemenangan Jokowi menuai banyak kritikan bahkan hinaan, TGB juga paling depan untuk memebela. Hal itu ia sampaikan lewat akun instagram dan facebooknya. 

"Allah telah berkehendak menjadikanmu pemimpin kami lima tahun lagi. Hinaan, makian dan fitnahan tidak menyurutkan rakyat untuk tetap memilihmu. Semoga Allah memberikanmu kekuatan membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Selamat," tulis politisi Partai Golkar ini, Selasa, 21 Mei 2019.

Sikap yang sama juga dilakukan TGB saat Joko Widodo dituding menggunakan earpiece atau alat bantu komunikasi saat debat kedua Pemilihan Presiden 2019. TGB menjadi salah satu yang membantah tudingan tersebut.

"Enggak ada, (saya) yang hadir di situ enggak ada. Itu fitnah saja, cukuplah fitnah, tidak perlu diproduksi lagi," ujar TGB usai mengikuti acara temu Kader Partai Golkar Nusa Tenggara Barat di Mataram, Selasa, 19 Februari 2019.

TGB menambahkan saat itu, semula banyak pihak yang meremehkan kemampuan Jokowi dalam debat putaran kedua namu faktanya Jokowi sangat menguasai masalah dalam debat tersebut.

Putra ketiga dari pasangan H.M. Djalaluddin, SH dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid ini juga pernah menjadi benteng saat isu kriminalisasi ulama mencuat, juga pada 2019 silam. Saat itu, menurut Tuan Guru Bajang, isu kriminalisasi hanya digunakan oleh lawan politik Jokowi.

"Ada hal yang terus menerus sampai sekarang didengungkan, salah satu di antaranya adalah bahwa umat Islam pada masa bapak presiden Jokowi ini ditekan, lalu diberikan contoh kriminalisasi ulama. Lebih spesifik lagi contoh kriminalisasi ulama apa yang menimpa Al Habib Muhammad Rizieq Shihab. Benar enggak? Mari kita uji," ujar TGB.

Menurut TGB hal itu dapat dibantah dengan fakta bahwa banyak ustaz yang sering masuk tv dan bisa bebas kemana saja hingga saat ini. Sehingga isu tentang kriminalisasi ulama dianggap TGB sebagai hal yang tidak benar sama sekali.

Sebagai catatan tambahan, pada 17 Juli 2019, TGB mendapat penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha dari Presiden Joko Widodo. Pemberian tanda kehormatan tersebut diberikan melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu, 17 Juli 2019.

Penghargaan tersebut merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan presiden kepada kepala daerah atau mantan kepala daerah yang telah berhasil, dalam pengelolaan manajemen pemerintahan. Selama menjadi Gubernur NTB 2008-2018, TGB dinilai berhasil mengelola dan membangun NTB.