Kericuhan TNI vs Warga di Bali Ternyata Dipicu Ulah Seorang Mahasiswa
- Instagram @ahmadsahroni88
VIVA – TNI membuat klarifikasi atas beredarnya rekaman video amatir yang memperlihatkan peristiwa kericuhan dan sejumlah tentara memukuli seorang warga. Belakangan diketahui bahwa insiden itu terjadi di satu desa Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, pada Senin pagi, 23 Agustus 2021.
Video itu semula beredar secara terbatas. Namun menjadi tersebar luas setelah diunggah di akun Instagram seorang anggota DPR, Ahmad Sahroni, dan segera menuai badai kecaman warganet. Sahroni tak kalah keras mengecam, “di injak injak begiru ga perlu melawan itu org di Jamin mati….”
TNI mengonfirmasi bahwa penganiayaan secara brutal sebagaimana terlihat dalam video itu memang kejadian nyata. Tetapi, menurut aparat, ada fakta yang tak terekam dalam video itu yang melatarbelakangi kericuhan dan memicu aksi spotan sejumlah prajurit di sana.
Kepala Penerangan TNI Korem 163/Wira Satya Mayor Arm Ida Bagus Putu Diana Sukertia menjelaskan, kericuhan dipicu peristiwa seorang pemuda yang memukul kepala Komandan Kodemi 1609/Buleleng.
Dua pemuda
Peristiwa itu terjadi di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar. Kala itu aparat TNI bersama Satgas COVID-19, atas permintaan aparat desa setempat, melaksanakan kegiatan pemeriksaan untuk deteksi dini penularan COVID-19 dengan metode rapid test antigen.
Saat rapid test antigen berlangsung, dua pemuda berboncengan dengan sepeda motor tidak memakai masker melintas. Aparat lantas berusaha menghentikan kedua pemuda itu, namun mereka tidak mau berhenti dan justru menabrak seorang prajurit yang tergabung di Tim Nanggala hingga menyebabkan tangannya lecet.
Karena tindakan dua pemuda itu sudah membahayakan petugas, kata Sukertia, seorang prajurit, Pratu Gagas Ribut Supriantoko, mengejar mereka tetapi tidak berhasil.
Sekira lima menit kemudian, kedua pemuda mendatangi Pratu Gagas Ribut Suprianto dan bertanya dengan nada menantang dan suara kencang, “Kenapa, kenapa, kamu memanggil saya?” Seorang prajurit lainnya mengingatkan kedua pemuda bahwa mereka telah menabrak petugas.
Kedua kedua pemuda lantas dibawa untuk menghadap Komandan Kodim 1609/Buleleng untuk di-rapid test. Saat itu lokasi kejadian dekat dengan rumah kedua pemuda. Kemudian, sejumlah anggota keluarga dari kedua pemuda mendatangi lokasi dan menarik pemuda itu agar mereka tidak di-rapid test.
Komandan Kodim segera memerintahkan anak buahnya untuk menahan kedua pemuda agar rapid test dilanjutkan. "Namun secara tiba-tiba Dandim 1609/Buleleng dipukul kepala bagian belakangnya oleh oknum warga, bernama Kadek D, yang masih berstatus sebagai mahasiswa, dengan menggunakan tangannya,” kata Sukertia.
Dalam kejadian yang cukup cepat, dia melanjutkan, Pratu Gagas mengamankan pelaku, tapi karena ada perlawanan dari pelaku maka secara spontan terjadi saling pukul antara anggota dengan warga.
Mediasi
Setelah kejadian itu, pelaku dibawa kembali ke rumah oleh keluarganya, dan Komandan Kodim mengupayakan untuk melaksanakan mediasi dalam penyelesaian masalah.
Namun, karena situasi warga Desa Sidetapa sudah berkumpul, untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, mediasi kembali dilanjutkan dengan keluarga oknum pelaku dengan melibatkan Perbekel Sidetapa dan tokoh masyarakat setempat agar permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
Satu setengah jam kegiatan mediasi berlangsung namun hasilnya belum ada kesepakatan. Sebab keluarga pelaku, yang merasa menjadi korban pemukulan, meminta waktu untuk melaksanakan musyawarah dengan keluarga besar.
"Karena situasi belum memungkinkan kegiatan swab test rapid antigen dihentikan oleh Dandim 1609/Buleleng karena masyarakat Desa Sidetapa menolak untuk dilanjutkan kegiatan tersebut," katanya.
TNI, Sukertia menjelaskan, menyayangkan kejadian itu, karena TNI sebagai bagian Satgas COVID-19 melakukan tugas atas perintah undang-undang atau aturan yang diberlakukan saat ini dalam situasi pandemi. Selain itu, karena adanya permintaan dari pihak aparat desa setempat.
"Adanya tindakan penertiban atau pendisiplinan justru ada oknum warga yang membahayakan keselamatan petugas, bahkan menantang dan membentak. Saat dikasih tahu baik-baik, malah memukul aparat, dalam hal ini kepada Dandim 1609/Buleleng, hingga harus menerima benjolan, dan saat ini sudah divisum," katanya.
Ia menegaskan bahwa respons aparat TNI memukul balik ke warga bersangkutan tidak terlepas dari sikap spontan terhadap yang dialami Komandan Kodeim, saat berusaha mengendalikan dan mengajak masyarakat disiplin terhadap protokol kesehatan pencegahan COVID-19. (ant)