Eks Pentolan Jamaah Islamiyah Sebut Taliban Beda Akidah dengan ISIS

Pasukan Taliban berjaga di pos pemeriksaan di Afghanistan
Sumber :
  • Source: BBC

VIVA – Mantan Instruktur bom Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah Jawa Timur asal Kabupaten Lamongan, Ali Fauzi, mengatakan bahwa kelompok Taliban yang berhasil merebut kekuasaan pemerintahan Afganistan, Minggu, 15 Agustus 2021, berbeda dengan kelompok Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS). Kata Fauzi, pemahaman Taliban tentang penerapan Syariah Islam dalam sistem pemerintahan lebih terbuka.

“[Taliban] Yang sekarang, kan, regenerasi kesekian setelah Mullah Omar (pendiri dan pemimpin Taliban dan kepala negara Afganistan 1996-2001), setelah Usamah bin Laden tidak ada, dan setelah [jihadis Al-Qaeda di sana banyak yang pulang kampung, pure [Taliban] itu orang-orang sana. Orang-orang sana itu tidak bisa didikte,” kata Fausi dihubungi VIVA pada Senin, 16 Agustus 2021.

Menurut mantan kombatan Moro dan Ambon itu, karakter kelompok Taliban yang sekarang lebih milenial dan terbuka. Karena itu, menurut Fauzi, penerapan Syariat Islam dalam sistem pemerintahan yang akan dibangun Taliban nanti tidak menggambarkan kekerasan, seperti yang tergambarkan dalam pikiran banyak orang.

“Saya kira orang banyak yang trauma dengan Islam karena banyak membaca narasi-narasi dan kisah-kisah ISIS yang ada di Siria dan Irak. Orang perlu memahami bahwa Taliban ini beda jauh dengan ISIS yang ada di Siria. Beda akidahnya. Ini orang perlu paham. Jadi, [ISIS] di Irak dan Siria itu berbeda [dengan Taliban]. Ini kesalahan membaca kultur Afganistan dengan kultur tempat lainnya,” katanya.

Toh demikian, adik dari bomber Bom Bali, Amrozi dan Ali Imron, itu masih melihat perkembangan yang terjadi di Afganistan dalam dua-tiga hari ke depan setelah Taliban berhasil merebut kekuasaan, Minggu lalu.

Taliban melancarkan serangan dan berhasil menduduki sejumlah kota strategis di Afganistan hanya kurang dari dua pekan. Pada Minggu, Taliban bahkan berhasil menduduki Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dan menguasai Istana Kepresiden. Saat itu terjadi, Presiden Afghanistan telah kabur ke luar negeri. Pada Senin, Taliban mengumumkan perang telah berakhir dan bersiap menjalankan pemerintahan baru.