IDI: Banyak Warga Isolasi Mandiri Tak Lapor karena Takut Stigma

Ilustrasi petugas lakukan Rapid Diagnostic Test (RDT) Corona massal
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandarlampung mengungkapkan bahwa banyak pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) tidak melapor kepada aparat desa atau Dinas Kesehatan karena takut dengan stigma buruk di masyarakat untuk seseorang yang terpapar COVID-19.

"Paling susah itu kan menghilangkan stigma, karenanya banyak [warga terinfeksi COVID-19]] tidak mau lapor [karena] takut dikucilkan dan sebagainya bila terpapar COVID-19," kata Ketua IDI Cabang Bandarlampung, dr Aditya M. Biomed, di Bandarlampung, Kamis, 12 Agustus 2021.

Ia mengatakan misinformasi di masyarakat terkait COVID-19 harus segera diklarifikasi, sehingga masyarakat sadar bahwa COVID-19 bukan aib bagi mereka.

Mereka diharapkan menyadari itu serta melaporkan kondisi kesehatannya sehingga proses pelacakan menjadi lebih mudah.

"Tentunya banyak pasien isoman ini juga karena mereka lebih memilih melakukan swab test (tes usap) secara mandiri dan bila positif malah menyembunyikannya," kata dia.

Dia mengatakan, banyak warga positif COVID-19 dan menjalani isoman tidak terdata sehingga sudah pasti hal itu menyulitkan dalam proses penelusuran kasus penularan oleh petugas. Padahal pelacakan itu menjadi kewajiban aparat pemerintah untuk mencegah penularan.

Bahkan, katanya, pasien COVID-19 yang menjalani isoman namun tidak melaporkan kondisinya, dapat menjadi berbahaya karena mereka bisa menjadi sumber penularan COVID-19.

"Saya harap masyarakat juga sadar terkait masalah ini. Mungkin mereka menganggap kalau kondisinya baik-baik saja dan hanya gejala ringan, tapi kan buat lingkungan itu bahaya karena bisa jadi sumber penularan," ujarnya.