Cerita AKP Syarif, Asisten Ajudan Jokowi 2 Kali Gagal Masuk TNI

Presiden Jokowi dan asisten ajudan AKP Syarif
Sumber :
  • Instagram @syrfxvii

VIVA – Asisten Ajudan Presiden Joko Widodo (Jokowi), AKP Syarif Muhammad Fitriansyah mengaku dua kali gagal ikut tes untuk menjadi abdi negara di institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Namun, kegagalan itu tak membuatnya hilang semangat.

Pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat ini memang bercita-cita ingin menjadi tentara untuk mengikuti jejak ibunya sebagai Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Tetapi, ia gagal mengikuti tes di matra laut dan darat. 

“Daftar laut (Angkatan Laut) gagal psikotes, daftar darat (Angkatan Darat) gagal tes kesehatan. Saya bercita-cita jadi seorang tentara, apapun matranya. Saya mau lanjutin Ibu yang merupakan Kowad,” kata Syarif saat live instagram pada Selasa, 10 Agustus 2021.

Meski gagal dua kali, Syarif tak patah arang. Kegagalan tersebut dijadikan motivasi untuk terus diperbaikinya. Akhirnya, Syarif daftar menjadi calon anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) lewat Akademi Kepolisian (Akpol) hingga diterima.

“Mungkin Allah SWT sudah memberikan jalan. Belajar dari tes AD gagal kesehatan, saya perbaiki. AL gagal psikotes, saya perbaiki. Akpol tes kesehatan lulus, psikotes lulus. Itu mungkin sudah ditakdirkan. Walau saat ini gagal dan belajar, kemudian hari Insya Allah pasti akan lulus,” ujarnya.

Jadi taruna kepentok biaya

Syarif mengungkap alasan daftar menjadi calon taruna untuk mengabdi pada negara. Salah satunya faktor biaya, sehingga ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 atau Sarjana di sejumlah universitas ternama Indonesia.

Saat duduk di bangku SMP, Syarif ditinggal pergi ayahanda tercinta selamanya karena dipanggil Allah SWT. Innalilaahi wa inna ilaihi roji’un. Dari situ, ia terpecut untuk menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupan. 

“Artinya kemandirian, motivasi dan semangat harus dibangun kembali. Sudah tidak ada tulang punggung di keluarga, sehingga saya maksimalkan untuk seluruh pendidikan tidak mau merepotkan orang tua ibu,” kata Syarif, lulusan Akpol 2012 ini.

Kemudian, Syarif mencari peluang daftar sekolah di SMA Taruna Nusantara melalui beasiswa. Alhamdulillah, ia bersyukur bisa diterima di SMA Taruna Nusantara. Seiring berjalannya waktu, Syarif mulai memikirkan untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus dari SMA Taruna Nusantara.

“Setelah kelas 3, kita berlanjut pendidikan tingkat universitas. Saya pikir kalau masuk ITB, UI, IPB itu biaya darimana. Apalagi kepintaran saya pas-pasan, biasa-biasa saja. Akhirnya dicoba, ada yang dapat cuma biayanya mahal. 

“Akhirnya saya fokus untuk daftar calon taruna, Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Akpol. Daftar darat dan laut gagal, akhirnya Akpol. Di luar ekspektasi, mau jadi polisi tujuannya waktu itu tidak ada. Mau jadi tentara lanjutin ibu saya. Akpol akhirnya masuk,” jelas Syarif.