Mahasiswa Indonesia Kecam Pembangunan Hotel Hilton di Masjid Xinjiang
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA – Rencana proyek pembangunan hotel Hilton di masjid Xinjiang, China menuai protes dari belahan dunia. Suara protes turut disampaikan mahasiswa Indonesia melalui Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Ketua DPP IMM, Rimbo Bugis mengutuk rencana pemerintah China yang mau menghancurkan masjid di kota Hotan, Xinjiang. Menurut dia, daerah itu selama ini dikenal sebagai otonomi Uighur Xinjiang.
Rencananya, dalam pembangunan itu akan dibangun pusat perbelanjaan besar termasuk Hampton lalu hotel yang dimiliki oleh Hilton Worldwide Holdings Inc.
“Kami mengutuk aksi biadab otoritas Tiongkok dan meminta Hilton Worldwide Holdinh Inc untuk membatalkan semua bentuk kerja sama pembangunan pusat perbelanjaan termasuk hotel dengan pemerintah China," kata Rimbo Bugis dalam keterangannya yang dikutip pada Selasa, 29 Juni 2021.
Dia menyoroti langkah kerja sama otoritas China dengan pihak lain dalam proyek pembangunan tersebut. Ia menilai pihak yang bekerjasama dengan China di wilayah Xinjiang, patut diduga mendukung kejahatan genosida terhadap etnis Uighur dan kaum minoritas lainnya di negeri tirai bambu tersebut.
“Jika (Hilton) tidak mau dikatakan terlibat atau mendukung genosida etnis Uighur, mereka harus membatalkan kerjasama itu, jangan pancing kemarahan umat Islam dunia," jelas Rimbo.
Rimbo menambahkan, agar perusahaan rekanan China yang mau bangun pusat perbelanjaan dan hotel di wilayah bekas lahan masjid itu agar bisa rasional. Menurutnya, rekanan China tersebut mesti melihat lagi sikap luar negeri negaranya terkait permasalahan etnis Uighur.
Dia bilang demikian karena Hilton adalah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat.
"Hilton Worldwide Holdings Inc. yang berbasis di Virginia seharusnya senada dengan pemerintah mereka yang telah menyatakan Cina melakukan genosida terhadap etnis muslim Uighur di Xinjiang,” tutur Rimbo.
Pun, ia mengingatkan agar China bisa menghentikan semua pembangunan di Xinjiang. Seruan ini disampaikan agar China bisa mengakhiri dugaan kejahatan kemanusiaan berupa penganiayaan, penyiksaan terhadap muslim Uighur yang tidak bersalah. Hal ini termasuk menghancurkan masjid sebagai pusat kegiatan ibadah.
Kemudian, IMM juga meminta Dewan HAM dan Dewan Keamanan PBB bisa bersikap dalam persoalan ini. Sebab, ada dugaan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat HAM yang dilakukan pemerintah China terhadap etnis Uighur, Kazakh, dan kelompok minoritas lainnya di Xinjiang. Dugaan ini merujuk laporan Amnesty Internasional.
IMM juga berharap ada investigasi independen terkait dugaan kejahatan atas kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat tersebut.
"Semua yang diduga terlibat dan bertanggungjawab dalam tindak pidana kejahatan kemanusiaan tersebut, harus dibawa ke hadapan pengadilan yang memenuhi prinsip peradilan yang adil," ujar Rimbo.
Dikutip dari laporan The Daily Telegraph, salah satu persahaan China, Huan Peng Hotel Management Company, Ltd. menyampaikan sudah membeli lahan masjid melalui lelang publik pada 2019. Pun, kabar hancurnya masjid ini baru diketahui dari siaran radio Radio Free Asia (RFA).
Terkait itu, layanan Uighur RFA mengkonfirmasi masjid yang dihancurkan berada di pusat Hotan, barat daya Xinjiang. Masjid itu adalah Masjid Duling.