Said Aqil: Kita Bisanya Impor Vaksin, Uangnya Entah Darimana
- republika
VIVA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengingatkan saat ini sedang terjadi perang vaksin di dunia, seiring merebaknya COVID-19 bahkan munculnya varian baru dari virus yang berawal dari Wuhan, Tiongkok ini.
Maka, kata Said, negara-negara yang mampu memproduksi vaksin COVID-19 akan menjadi pemenang dalam perang biologis ini.
"Negara yang mampu memproduksi vaksin akan jadi pemenang, negara yang tidak mampu (memproduksi) hanya mengimpor saja itulah negara yang kalah," kata Said Aqil dalam pidatonya di Haul Emas KH Wahab Chasbullah dikutip melalui NU Channel, Rabu, 23 Juni 2021.
Menurut Said, penyebaran virus COVID-19 di dunia saat ini berkembang sangat cepat dan makin mengkhawatirkan. Muncul varian baru dari COVID-19, Delta, yang lebih ganas dan lebih cepat menular dibanding virus awalnya.
"Ini membutuhkan vaksin yang canggih, lebih canggih lagi, lebih canggih lagi. Kita belum mampu membuat vaksin yang tahap pertama, pandeminya sudah meningkat lagi ke level ketiga," paparnya.
Ia memprediksi perang vaksin akan terjadi antara tiga kekuatan besar negara produsen vaksin COVID-19 di dunia, yakni Amerika Serikat, Jerman dan Tiongkok.
"Kita hanya penonton, bisanya hanya importir, itupun entah uangnya dari hutang atau darimana enggak tahu saya, dapat dari motong-motong anggaran barangkali," ungkapnya.
Seperti diketahui, Indonesia belum lama ini menerima kedatangan vaksin COVID-19 tambahan sebanyak 10 juta bulk vaksin jenis Sinovac-Tiongkok dalam pengiriman tahap ke-17 yang tiba di Bandara Internasional Seokarno-Hatta, Tangerang, Banten pada Minggu, 20 Juni 2021.
Menurut data Kementerian Kesehatan, total 104.728.400 dosis vaksin yang diterima Indonesia sampai dengan 20 Juni 2021. Rinciannya adalah 94.500.000 dosis Sinovac, 8.228.000 dosis AstraZeneca, dan 2.000.000 dosis Sinopharm.