BPBD Klarifikasi Info Potensi Gempa-Tsunami Besar di Jawa Timur
- ANTARA
VIVA – Pekan-pekan ini publik dihebohkan informasi potensi gempa dan tsunami besar di Jawa Timur. Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur Yanuar Rachmadi mengatakan itu adalah bagian dari mitigasi bencana jika kemungkinan terburuk itu terjadi, sehingga masyarakat sadar dan waspada serta bersiap-siap melakukan langkah agar risiko bisa dikurangi sejak dini.
“BMKG ingin memberikan gambaran terburuk dan bagaimana daerah itu mempersiapkan apabila terjadi kondisi seperti itu. Tapi bukan berarti ada kejadian itu. Bukan patokan karena belum tentu (gempa dan tsunami) sebesar itu,” kata Yanuar kepada wartawan di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Kamis sore, 3 Juni 2021.
Kendati begitu, Yanuar meminta semua pihak untuk menyadari bahwa gempa di titik yang disampaikan BMKG sebelumnya itu memang ada. Sebab, ia menyebut informasi dari BMKG itu bukan hoaks, melainkan sebuah peringatan, namun bukan early warning. “Ukurannya, dia menggunakan model terburuknya, di Indonesia 8 koma sekian (Magnitudo) itu. Seperti di Palu, itu, kan parah, itu yang dijadikan permodelan mereka,” ujarnya.
Hal sama disampaikan pakar geologogi Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo. Menurutnya, permodelan yang dilakukan BMKG terkait kemungkinan terburuk gempa dan tsunami yang terjadi sudah tepat. Sebab, daerah Jatim memang terbentuk karena adanya tumbukan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.
“Pemodelan ini menunjukkan worst scenario kemudian diumumkan, karena dalam lima bulan terakhir diketahui frekuensi gempa yang terjadi di Jawa Timur sangat tinggi. Tingginya intensitas terjadinya gempa ini patut dicurigai, belajar dari gempa besar Jogja pada 27 Mei 2005 silam,” ,” ungkap dosen Departemen Teknik Geofisika itu dalam keterangan tertulisnya.
Salah satu yang menjadi pertanda sebelum gempa Jogja itu terjadi adalah terekam aktivitas kegempaan yang semakin sering. Ketika itu, frekuensi gempa mengalami kenaikan, tetapi tidak lebih dari 50 gempa setiap bulannya. Sementara itu, di lima bulan terakhir ini gempa yang terekam selalu lebih dari 500 kejadian per bulan.
“Sangat jauh perbedaan frekuensi tahun 2005 lalu dengan tahun sekarang ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita jauh lebih waspada. Terlebih lagi, tambah Amien, tumbukan lempeng yang menyusun Jawa Timur ini panjangnya sekitar 250 sampai 300 kilometer. Hal itu menunjukkan gempa sangat mungkin terjadi di berbagai titik, di wilayah yang ada di sekitar zona subduksi, yakni zona tempat terjadinya tumbukan itu,” ujar Amien.