Kisah Penganut Agama Leluhur Aluk Todolo Dapat Hidayah Islam
- VIVA/Irfan
VIVA – Muhammad Imbang, mantan pengikut kepercayaan Aluk Todolo yang kini sudah menjadi mualaf tinggal bersama istri dan dua anak kembarnya di Opang yakni sebuah wilayah pegunungan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel)
Aluk Todolo merupakan agama leluhur nenek moyang Suku Toraja. Aliran kepercayaan ini masih memiliki cukup banyak pengikut terutama yang mendiami kawasan gunung Opang tersebut.
Pria berusia 25 tahun itu sehari-hari bekerja sebagai petani.
Saat VIVA berkunjung ke kediamannya pada Kamis, 22 April 2021, Imbang sedang memetik biji kopi di kebunnya. Tak lama kemudian setelah sengaja dipanggilkan oleh keluarganya dan ia pun datang mengendarai sepeda motor dari arah atas gunung.
Setelah meraih sarung dari dalam rumahnya, ia pun meladeni wartawan dan bercerita sejumlah hal. Termasuk soal sebuah lahan milik pamannya yang akan dijual dan akan dijadikan lahan pembangunan sebuah masjid hingga kisah Imbang sampai bisa memeluk Islam.
"Nama animisme saya sebenarnya Imbang tapi karena sudah masuk Islam, akhirnya ditambahkan Muhammad di depannya," ujar Muhammad Imbang.
Imbang lahir dan besar dari keluarga penganut aliran Aluk Todolo. Namun perlahan mulai mengenal Islam dan mengakui merasakan adanya hidayah saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah formal.
Dia mengaku, awalnya keluarga sempat ragu Imbang akan mengubah statusnya menjadi seorang Muslim.
"Suadara saya bilang pasti kau tidak akan bisa membaca Alquran nanti tapi alhamdulillah ternyata saya bisa membaca Alquran tidak cukup setahun," tuturnya.
Tak hanya Imbang, kata dia dari 10 bersaudara, enam orang di antaranya telah mengikuti jejaknya memantapkan diri menjadi Muslim.
Rata-rata saudaranya itu mengikuti Imbang lantaran melihat perubahan akhlak atau sikap pada Imbang.
Secara singkat, Imbang juga menceritakan ritual kepercayaan Aluk Todolo.
"Jadi, penganut animisme (Aluk Todolo) rutin memberikan sesajen, tidak ada ritual ibadah lainnya. Hanya memberi, memberi sesajen saja," kata dia.
Selain VIVA, di kediaman Imbang siang itu juga ada Guntur, tokoh masyarakat Perkampungan Mualaf Darussalam serta Jumzar Rachman dari Rabiul Awal dari Forum Arimatea Makassar. Ikut serta Sanusi, seorang da'i dari Parepare.
"Kami sengaja ke sini untuk melihat kondisi saudara-saudara mualaf kita," kata Jumzar.