Ke Menteri Trenggono, Nelayan Resah soal Pukat Harimau dan Garong
- Siaran Pers Kementerian KKP
VIVA – Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Sakti Wahyu Trenggono, menemui dan berbincang secara khusus dengan nelayan pantura di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon, Jawa Barat, Minggu 14 Maret 2021.
Dalam pertemuan, Trenggono banyak mendengar tentang persoalan alat tangkap dan perbaikan infrastruktur pelabuhan, untuk mendorong produktivitas nelayan.
Salah satunya yang disampaikan Karmanto, seorang nelayan tradisional dari Suranenggala. Ia mengaku belakang cukup sulit mencari ikan karena hanya bisa melaut hingga jarak 1 kilometer dari bibir pantai.
Baca juga: Sakit Hati, Modus Pembunuhan Pasutri WN Jerman di Tangerang
"Sekarang susah pak mencari ikan. Kami juga minta tolong alat tangkap berat perusak lingkungan ditertibkan pak," ujar Karmanto kepada Trenggono, seperti keterangan tertulis KKP yang diterima VIVA, Minggu 14 Maret 2021.
Dari pertemuan itu, para nelayan banyak yang curhat bahwa alat tangkap garong dan pukat harimau menjadi keluhan nelayan tradisional di Cirebon. Keduanya dianggap tidak ramah lingkungan, dan menyebabkan turunnya populasi ikan di perairan Cirebon.
Mendengar itu, Trenggono menampung aspirasi para nelayan dan memastikan segera menindaklanjuti dengan memanggil kelompok nelayan pengguna alat tangkap garong dan pukat harimau tersebut.
Menurut dia, kasus ini harus segera diselesaikan. Karena jika dibiarkan, dapat memicu membesarnya konflik sosial antar nelayan di Cirebon.
"Suara yang datang kami tampung dan segera ditindaklanjuti ya Pak Dirjen (Dirjen Perikanan Tangkap)," ujar Trenggono yang dalam pertemuan itu turut didampingi oleh Dirjen Perikanan Tangkap Muhammad Zaini.
Pada kesempatan tersebut, nelayan tradisional juga meminta bantuan alat tangkap gillnet milenium dan kapal untuk dikelola oleh kelompok nelayan. Bantuan ini akan menunjang produktivitas dan penghasilan nelayan, bisa bertambah. Nelayan menyebut gillnet milenium ini ramah lingkungan, karena mata jaringnya berukuran lebar mencapai 3 inchi.
Selain persoalan alat tangkap, keanggotaan asuransi nelayan turut menjadi pembahasan. Trenggono saat kunjungan kerja, juga membawa pihak perusahaan asuransi Jasindo agar berbincang langsung terkait rencana asuransi nelayan.
"Saya pasti dukung tapi harus bisa dibuktikan dengan produktivitas yang meningkat juga," kata Trenggono.
Sekadar gambaran, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon nilai produksi dari hasil perikanan mencapai Rp267 miliar. Kementerian KKP masih melihat potensi lebih.
Oleh karenanya, perlu perbaikan infrastruktur agar produktivitas yang sudah berjalan lebih optimal. Diantaranya perlunya pengerukan di alur lintasan kapal dan kolam pelabuhan sebagai solusi sedimentasi. Kemudian, alur lintasan juga perlu diperpanjang untuk memperlancar keluar masuk kepal penangkap ikan ke pelabuhan.