Geger, Harimau Sumatera Serang Ternak Warga di Agam

Mengukur Jejak Harimau yang Memakan Ternak Warga di Agam, Sumatera Barat
Sumber :
  • VIVA/ Andri Mardiansyah

VIVA – Masyarakat Cubadak Lilin, Kenagarian Tigo Balai Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, sejak Senin sore kemarin geger setelah seekor Harimau Sumatera dilaporkan menyerang kerbau milik warga setempat. 

Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, meninjau lokasi kejadian untuk melakukan identifikasi dan penanganan konflik tersebut. Data sementara, ada tiga kerbau yang menjadi korban serangan Harimau Sumatera tersebut. Satu ekor diantaranya ditemukan mati.

“Data kita sementara ada tiga ekor kerbau yang diserang. Satu mati dan dua ekor luka-luka. Di sekitar lokasi kejadian, kita juga menemukan jejak-jejak kaki Harimau Sumatera dewasa,” kata Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam Resor Agam, Ade Putra, Selasa 9 Maret 2021.

Baca juga: Insan Film Bertemu Jokowi, Marcella Zalianty hingga Reza Rahadian

Ade menjelaskan, lokasi konflik ini cukup jauh dari pemukiman warga. Dengan melihat topografi lokasi dan mendengar keterangan beberapa warga setempat, untuk sementara pihaknya menduga konflik terjadi akibat adanya kelalaian dari pemilik ternak yang sengaja melepaskan puluhan ekor kerbau tersebut di area pinggiran hutan. 

Padahal, di lokasi kejadian itu juga merupakan salah satu tempat atau habitat harimau Sumatera dan satwa liar dilindungi lainnya.

“Kalau kita menyimpulkan sementara, ada unsur kelalaian dari pemilik ternak. Sekitar 20 sampai 30 ekor kerbau itu dilepaskan di pinggiran hutan. Kerbau dipelihara tanpa dikandang. Lokasi ini jauh dari pemukiman,” ujar Ade.

Menurut Ade, dari hasil identifikasi sementara, juga disimpulkan jika Harimau Sumatera ini pada awalnya berburu babi. Pada saat bersamaan, satwa liar dilindungi yang memiliki nama latin Phantera Tigris Sumatrae ini melihat kawanan kerbau tersebut. 

Akibatnya, tiga ekor kerbau milik warga yang menjadi korban. Terlepas dari itu kata Ade, pihaknya saat ini sedang berupaya menangani konflik ini agar tidak meluas dan berkelanjutan. 

“Sekarang kita sedang melakukan penghalauan. Kita juga minta masyarakat yang punya ternak untuk tidak melepaskan ternak miliknya di pinggiran hutan,” kata Ade Putra.