Gara-gara OPM, 1.000 Warga Intan Jaya Tinggalkan Rumah
- VIVA / Aman Hasibuan ( Papua)
VIVA – Merasa tidak aman dan nyaman di kampung halaman sendiri, 1.000 warga di tiga kampung, Kabupaten Intan Jaya, Papua, meninggalkan rumah masing-masing dan mencari perlindungan ke gereja atau pastoran sebagai tempat yang dianggap aman. Ini terjadi pasca baku tembak antara TNI dengan KKB atau OPM.
“Masyarakat meninggal kampung karena mengalami posisi dilema. Mereka hanya bisa bertahan di rumah, serta kesulitan mencari bahan makanan ke kebun akibat ancaman yang dihadapi,” ujar Administrator Diosesan Keuskupan Timika Marthen Kuayo Pr kepada wartawan saat dihibungi dari Jayapura Selasa, 16 Februari 2021.
Ia menjelaskan, diungsikannya masyarakat karena mengalami posisi dilema. Mereka hanya bisa bertahan di rumah, serta kesulitan mencari bahan makanan ke kebun akibat ancaman yang dihadapi.
Dikatakan Marthen Kuayo, situasi keamanan di sekitar Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, dilaporkan semakin memanas hingga saat ini, menyusul adanya kontak senjata antara TNI-polisi dengan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) atau Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di wilayah itu, sejak 7 Februari 2021 lalu.
"Akibat memanasnya situasi di kampung itu, masyarakat mengalami ketakutan disebabkan ada kecurigaan dari kedua pihak terhadap masyarakat," ujar Marthen.
Ia mengaku, sudah ada sekitar 1.000 warga dari tiga kampung yang memilih meninggalkan rumah masing-masing dan mencari perlindungan ke gereja atau Pastoran sebagai tempat yang dianggap aman.
"Ada sekitar 1.000 warga diungsikan ke Paroki Santo Misael Bilogai, pasca penembakan anggota TNI, kemarin. Dari Kampung Mamba ada 400 orang," ucapnya.
Lanjut dia, meskipun masyarakat ini tinggal di rumah masing-masing, mereka kesulitan makanan. Sebab jalur Dogabu (sebagai) akses ke kebun dikuasai oleh TPN-OPM, sementara jalur ke Wabu dikuasai oleh militer.
Marthen mengutarakan, saat ini para pengungsi yang ada di Paroki Santo Misael Bilogai sangat membutuhkan cadangan makanan. Ia juga meminta kepada pemerintah agar membuka akses jaringan telekomunikasi ke wilayah Intan Jaya. Sebab, komunikasi sangat sulit dilakukan sejak Senin, 15 Pebruari 2021.
"Kami pun sudah kontak dari keuskupan dan beberapa temam yang punya hubungan keluarga di Bilogai sangat susah, sejak kemarin," ujarnya.
Sebelumnya, anggota TNI bernama Prada Ginanjar Arianda (22) dari Yonif R 400/BR asal Satuan Yonif 406 Brigif 4 dibawah Kodam IV/Diponegoro, meninggal dunia ditembak anggota KKSB di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Senin kemarin.
Asisten Operasi Kogabwilhan III Brigjen TNI Suswatyo saat dihubungi dari Jayapura, Senin (15/2) sore, menjelaskan, Prada Ginanjar meninggal setelah mengalami luka tembak di bagian pinggang tembus perut. Korban meninggal di dalam heli saat proses evakuasi ke Timika.