Cerita Syekh Ali Jaber Bangga Mudik ke Lombok
- VIVA/Satria Zulfikar (Mataram)
VIVA – Syekh Ali Jaber punya banyak cerita tentang Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ulama kharismatik kelahiran Madinah tersebut melakukan dakwah pertama di Indonesia melalui Lombok.
Ia menikah dengan Umi Nadia, perempuan asal Lombok. Syekh Ali kemudian berdakwah di Lombok sebelum terkenal sebagai ulama tersohor di Indonesia.
Syekh Ali Jaber sering berkunjung ke Lombok. Bahkan Lombok seperti tanah kelahirannya sendiri. Sampai-sampai ia ingin jika meninggal di Indonesia agar jenazahnya dimakamkan di Lombok.
Baca juga: Kantor Gubernur Sulbar Ambruk karena Gempa Magnitudo 6,2
Pada Jumat, 16 September 2016, Syekh Ali Jaber mengunjungi Lombok dan bertemu Kapolda NTB kala itu Umar Septono. Ia mengisi tabligh akbar di Polda NTB.
Usai menggelar ceramah, ia mendoakan masyarakat Lombok agar selalu hidup dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.
“Jadi kebanggaan saya berada di Lombok. Bisa dianggap mudik kembali ke kampung halaman di Lombok. Mudah-mudahan Insya Allah warga Lombok ini semua menjadi bahagia dan damai,” kata Syekh Ali Jaber.
Meskipun menetap di Jakarta, Syekh Ali Jaber sering mengunjungi Lombok. Di Mataram, ia tinggal di rumah keluarganya di Jalan Ade Irma Suryani, Monjok, nomor 38B. Ia menetap berhari-hari mengunjungi kerabat maupun mengisi dakwah.
Diberitakan sebelumnya, Syekh Ali Jaber memang begitu dekat dengan Lombok. Bahkan saat berkunjung ke Lombok semasa Kapolda NTB dipimpin Irjen Pol Umar Septono, Syekh Ali Jaber menyebut Lombok sebagai tempat asalnya.
Karena Lombok menjadi tempat pertama kali Syekh Ali Jaber memulai dakwahnya di Indonesia. Dari Lombok ia menjadi ulama tersohor hingga saat ini.
Syekh Ali Jaber awalnya mengenal Lombok saat menikah dengan Umi Nadia, warga Lombok yang tinggal di Madinah. Ia dikaruniai seorang anak bernama Fahad Ali Jaber.
Selama berada di Lombok, ia menjadi imam besar sekaligus khatib di Masjid Agung Al-Muttaqin. Ia kemudian menjadi guru Tahfiz di Islamic Center di Mataram.
Selepas berdakwah di Lombok, ia kemudian mengunjungi Jakarta. Ia menjadi imam Salat Magrib di masjid Sunda Kelapa.
Saat melantunkan ayat suci Alquran, orang mendengar suaranya cukup merdu. Hal itu membuat pengurus masjid kemudian memintanya menjadi imam salat tarawih karena saat itu mendekati bulan Ramadan. Ia kemudian mengambil amanah tersebut.
Dari sana karir berdakwahnya mulai dikenal masyarakat Ibu Kota. Pada tahun 2012 ia resmi mendapatkan kewarganegaraan Indonesia yang langsung dianugerahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala itu. Karir dakwahnya pun terus memuncak.