Kisah Paulus Lolos dari Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182

Tim Kopaska TNI AL menemukan puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Sumber :
  • VIVA/Andrew Tito

VIVA – Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang sebelumnya dikabarkan hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari 2021 memberikan kisah berbeda bagi dua orang penumpang yang sebelumnya berangkat dari Makassar pada 4 Januari 2021. Kedua penumpang tersebut adalah Paulus Yulius Kollo dan Indra Wibowo.

Paulus dan rekannya lolos dari kecelakaan pesawat yang diduga jatuh di Kepulauan Seribu. Paulus mengaku, bersama rekan kerjanya berangkat dari Makassar menuju Pontianak untuk urusan pekerjaan.

Namun, ketika transit di Jakarta, mereka diwajibkan untuk membawa hasil swab test apabila hendak ke Pontianak. Mereka pun memutuskan untuk mengikuti swab test di Jakarta pada Jumat, 8 Januari 2021.

Saat tiba di rumah sakit, ternyata harga swab test jauh lebih mahal. Ia lalu memutuskan untuk berangkat menggunakan transportasi laut, yang berangkat pada 8 Januari 2020, sekitar pukul 17.00 WIB.

"Saya dengan teman berangkat dari Makassar ke Pontianak karena ada kerjaan. Kami berangkat dari sana dengan Sriwijaya juga dan hanya menggunakan rapid antigen. Tapi ketika di Jakarta, kami diwajibkan untuk swab test kalau mau ke Pontianak," kata Paulus, yang berasal dari Noelbaki, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, saat dihubungi VIVA, Senin 11 Januari 2021.

Baca juga: Sungai Dadap Penuh Sampah, Menteri Yasonna Laoly Sentil AP II

Paulus menambahkan, pada saat melanjutkan perjalanan ke Pontianak, ia bersama rekannya Indra Wibowo tidak sempat mengabarkan pembatalan kepada pihak Sriwijaya Air. Akhirnya, pada saat muncul daftar manifest penumpang Sriwijaya Air SJ182, namanya muncul pada daftar teratas dengan diikuti nama rekannya.

Hal ini sontak membuat keluarganya menjadi khawatir dan mengira ia berada dalam penerbangan pesawat Sriwijaya yang mengalami kecelakaan itu. Apalagi, ia tak bisa dihubungi keluarganya pada saat itu.

"Saya baru sampai di Pontianak kemarin, 10 Januari 2021, sekitar jam 9 pagi. Saat (kapal) mau sandar, saya dapat informasi kalau pesawat yang batal saya tumpangi mengalami kecelakaan," tuturnya.

Ia kemudian langsung menghubungi keluarganya di kampung dan pimpinan perusahaannya bahwa dirinya tidak menumpangi pesawat yang mengalami kecelakaan itu. Ia pun bersyukur, karena telah lolos dari kecelakaan maut itu. 

"Awalnya saya merasa kecewa karena harga swab test yang biayanya sekitar Rp1 juta sampai Rp2 juta itu. Harga ini membuat saya batal berangkat menggunakan pesawat. Tapi karena peristiwa ini, saya merasa bersyukur karena sudah lolos dari kecelakaan ini," imbuh Paulus.