COVID-19 Meningkat, Wisma Atlet Jakabaring Bakal Jadi RS Darurat Lagi
- VIVA / Sadam Maulana
VIVA – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berencana kembali memfungsikan Wisma Atlet di kompleks olahraga terpadu Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, sebagai tempat isolasi bagi orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan yang terkonfirmasi positif virus corona (COVID-19).
Wisma Atlet bakal kembali dibuka sebagai tempat perawatan pasien, mengingat peningkatan jumlah kasus positif COVID-19 yang cukup tinggi.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis, Senin, 4 Januari 2021, jumlah positif COVID-19 di Sumatera Selatan, secara kumulatif mencapai mencapai 12.052 kasus. Khusus hari ini, ada penambahan 54 kasus baru yang terkonfirmasi positif.
Sementara itu, Wisma Atlet Jakabaring yang mulai difungsikan sebagai tempat isolasi bagi pasien positif COVID-19 pada Maret 2020, sudah ditutup pada akhir Agustus 2020.
Karena semakin banyaknya pasien COVID-19 saat ini, maka pemerintah daerah berencana membuka kembali Wisma Atlet Jakabaring.
"Saat ini banyak pasien OTG maupun gejala ringan yang harus menjalani isolasi mandiri di rumah. Agar penanganan bisa lebih optimal dan disiplin, kita siapkan opsi untuk membuka kembali Wisma Atlet Jakabaring, demi menekan angka penyebaran COVID-19 yang semakin meluas," ujar Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru.
"Kita tidak tahu bagaimana kedisiplinannya kalau di rumah. Kalau hanya berdiam diri di ruangan mungkin bisa. Tetapi, bagaimana dengan kedisiplinannya dalam menggunakan barang-barang," jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Lesty Nuraini, mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan kajian untuk membuka kembali Wisma Atlet Jakabaring. Apakah nantinya akan digunakan sebagai rumah sehat atau rumah sakit darurat.
"Kalau rumah sehat artinya akan dibentuk struktur lagi. Tetapi jika rumah sakit darurat nantinya akan dikelola oleh rumah sakit yang telah ada. Kami masih kaji itu. Termasuk juga mekanisme pendanannya," katanya.
Menurutnya, untuk Rumah Sakit Rujukan di Sumatera Selaran sejauh ini kapasitasnya mencapai 1.380 kamar dengan okupansi mencapai 70-80 persen pasien. Meski tingkat penyebaran yang cukup tinggi, namun kondisi tersebut juga diiringi dengan tingkat kesembuhan tinggi yang mencapai 80 persen.
Sedangkan meninggal dunia menurun, dari 12.052 kasus yang terkonfirmasi, jumlah pasien sembuh sudah mencapai 9.845. Sementara pasien meninggal dunia tercatat sebanyak 615 jiwa.