Siswa SMK Matallo Toraja Ubah Sampah Plastik Jadi Paving Block
- dw
Sampah plastik menjadi masalah global yang hingga saat ini masih belum ada solusinya. Sementara banyak inovasi besaryang dikembangkan untuk mengatasi masalah ini, di skala kecil, pelajar di Toraja menemukan cara jitu untuk mengatasi sampah plastik yang mencemari lingkungan tinggal mereka.
Di SMK Matallo, Toraja Utara, ada kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan untuk mengubah sampah plastik menjadi paving block. Ide ini muncul karena tidak adanya tempat penampungan sampah yang memadai, sehingga sampah plastik berserakan di mana pun. Tumpukan sampah yang menggunung sering kali menyebabkan banjir dan merusak jalanan.
"Ide pembuatan paving block dari sampah plastik ini karena di Toraja Utara belum ada tempat penampungan atau pengolahan dari sampah plastik itu,” jelas Peronika Sulle, guru di SMK Mattalo yang menggagas ide pembuatan paving block dari sampah.
Proses dan peralatannya tidak rumit
Metode yang digunakan untuk mengubah sampah menjadi paving block sangat sederhana. "Jadi satu paving block yang kami produksi menggunakan tiga karung sampah plastik, dengan cara proses pembakaran dan pemasakan, setelah berbentuk adonan kami cetak dan kemudian kami rendam,” kata Peronika.
Setelah proses pemilahan, selanjutnya sampah plastik tersebut dilebur dengan cara dibakar lalu dimasak. Alat yang digunakan antara lain alat pembakaran sampah dan alat masak dapur. Selain itu mereka juga menambahkan oli bekas dan pasir sebagai pengikat adonan sampah tersebut.
Setelah sampah plastik yang dibakar cair secara merata mereka mencetaknya pada sebuah loyang agar cetakan dapat berbentuk simetris. Lalu "adonan” tersebut didinginkan dengan air dan didiamkan hingga mengeras dalam waktu beberapa jam.
"Adonan” yang sudah kering dan mengeras bisa langsung dimanfaatkan sebagai hiasan dan penunjang prasarana di sekolah.
Diapresiasi aktivis lingkungan
Para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini mengaku bahwa tekad untuk mengurangi sampah plastik menjadi motivasi mereka.
"Alasan kami mengolah sampah plastik ini karena kami sadar akan lingkungan, sampah plastik tidak bisa terurai dalam tanah meskipun itu berpuluh-puluhan tahun, sampah plastik dapat menyebabkan banyak masalah di sekitar kita, contohnya jika sungai tersumbat ataupun itu got, air akan naik ke jalanan menyebabkan banjir hingga dapat merusak jalanan,” jelas Ruth Patantan, siswi SMK Matallo.
Kegiatan ekstrakurikuler ini pun diapresisasi oleh aktivis lingkungan Yuliana Bubun Rantetau. Ia berharap, akan ada kerja sama antara tempat pengolahan sampah lokal dengan SMK Matallo dan juga dukungan dari pemerintah setempat.
"Kami berharap ke depan kami bisa bekerja sama dengan mereka, jadi untuk sampah-sampah yang tidak bisa kami kelola di sini mungkin kami akan serahkan kepada mereka, dan sampah-sampah yang mereka tidak bisa buat paving block kami juga bisa terima. Harapan kami ke depan bahwa semua pihak bisa menunjang kegiatan kami ini, baik kegiatan kami disini maupun di SMK Matallo”, ungkap Yuliana.
Dari kurang lebih 100 karung sampah, sekitar 70 karung telah dibuat menjadi 40 paving block. Hasilnya pun telah dimanfaatkan pihak sekolah serta masyarakat lokal setempat. (na/pkp)
Simak video-video bertema lingkungan di kanal Youtube DW Indonesia.