Intelektual NU Ajukan Diri Gantikan Menag Debat dengan Fadli Zon
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Intelektual muda Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi mengajukan diri menggantikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk meladeni tantangan debat politikus Partai Gerindra Fadli Zon terkait tema bahaya populisme Islam.
Zuhairi alias Gus Mis mengaku siap melayani tantang Fadli Zon untuk Yaqut agar sang menteri berkonsentrasi menjalankan tugasnya untuk negara. Dia mengajukan diri karena merasa memiliki kegelisahan yang sama dengan Yaqut atas masalah kebangsaan menyusul menguatnya gejala populisme Islam akhir-akhir ini.
“Soal Bahaya Populisme Islam, saya siap berdebat dengan Fadli Zon. Saya sebagai kader NU, seperti Menag yang kader NU punya kegelisahan yang sama. Biar Menag fokus mengabdi pada negeri, cukup kader NU saja yang melayani tantangan debat Fadli Zon. bisa gelar di FISIP UIN Jakarta,” tulis Zuhairi dalam akun Twitter-nya, @zuhairimisrawi.
Baca: Fadli Zon Kritik Keras Gus Yaqut Gegabah Pelintir Populisme Islam
Namun, sebelum Fadli bersedia berdebat, Zuhairi menyarankan mantan wakil ketua DPR itu untuk membaca buku Populisme Islam di Indonesia dan Timur Tengah yang ditulis oleh Vedi R. Hadiz. Dia memperlihatkan sampul buku terbitan LP3ES agar Fadli lebih mudah mengenali bukunya.
Zuhairi, lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, memandang aneh Fadli sebagai politikus partai nasionalis tetapi tampak membela populisme Islam, sehingga memperlihatkan paradoks dan kerancuan.
Dia mempertanyakan kapasitas intelektual Fadli sehingga menantang Yaqut untuk berdebat. "Fadli Zon ngajak berdebat dengan Menag @YaqutCQoumas tentang Populisme Islam. Fadli Zon ini sepintar apa sih? Kelihatan sekali dia ini tidak mengerti Populisme Islam," tulisnya.
Dalam akun Twitter @fadlizon, Fadli menantang Yaqut untuk berdebat secara terbuka tentang populisme Islam setelah sang menteri memunculkan wacana itu yang menjadi salah satu sumber konflik. Fadli menilai bukan kapasitas Yaqut untuk berbicara tema itu karena dia seorang menteri.
"Ayo kita berdebat di ruang publik apa itu 'populisme', 'populisme Islam' dan apa urusannya Menag ngurusi ini. Apa tupoksinya?" tulis Fadli.
Yaqut sebelumnya memang berjanji akan menghentikan populisme Islam yang berkembang di Indonesia. "Agama dijadikan norma konflik. Dalam bahasa paling ekstrem, siapa pun yang berbeda keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh, yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi. Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam," ujar Yaqut dalam sebuah forum diskusi secara virtual, Minggu, 27 Desember. (ren)