Cerita Kembalinya Pendiri OPM Nicholas Jouwe ke Pangkuan Ibu Pertiwi

Aburizal Bakrie (kiri) saat menerima pendiri OPM, Nicholas Jouwe
Sumber :
  • VIVA

VIVA – Nama mendiang Nicholas Jouwe tentu tak asing lagi dalam kancah pergerakan rakyat Papua. Sempat bersumpah tak akan kembali menginjakkan kaki ke tanah kelahiraannya selama Papua masih menjadi bagian dari Indonesia, Jouwe akhirnya tersadar telah 'salah jalan'.

Nama Nicholas Jouwe tentu sangat sulit  dilewatkan saat berbicara pergolakan 'tahunan' yang masih terjadi di tanah Papua. Bahkan setelah ia meninggal dunia pada 16 September 2017. Banyak alasan yang membuat sosok Nicholas Jouwe selalu menarik untuk kembali diangkat setiap isu Papua muncul ke permukaan.

Sangat beralasan, nama Nicholas Jouwer  memang tercatat sebagai pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tak hanya itu, ia juga yang diberi tugas khusus oleh Belanda membuat bendera Bintang Kejora. Namun yang melegenda tentu sumpahnya untuk tak kembali ke Papua selama masih berada dalam wilayah Indonesia. Lebih dari setengah abad ia memilih tinggal di Belanda.

Tanggal 20 Maret 2009 menjadi sejarah penting baik bagi Jouwe, Papua dan tentunya Indonesia. Nicholas Jouwe akhirnya rela melanggar sumpahnya dan memutuskan kembali ke Indonesia. Ia kembali ke Indonesia untuk berdialog dengan Aburizal Bakrie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).

Ya, ARB memang menjadi sosok sentral kembalinya Nicholas Jouwe ke pangkuan ibu pertiwi. Maklum saja, ARB memang dikenal selama ini dekat dengan tokoh-tokoh Papua, bahkan yang telah 'salah jalan' karena ingin memisahkan diri dari Indonesia. Tak terhitung beberapa kali ARB saat menjabat Menko Kesra bolak-balik Jakarta-Papua demi membangun komunikasi.

Photo :
  • VIVA

Dalam beberapa kesempatan, ARB memang menegaskan bahwa sikapnya jelas, Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan sampai kapanpun pantas terus diperjuangkannya. Namun ia juga menyadari ada masalah yang dihadapi rakyat Papua selama ini sehingga tiada henti timbul gejolak.

"Solusi bagi Papua yakni harus dicapai secara damai, berdasarkan penghormatan atas hukum, juga pembangunan kesejahteraan rakyat. Sebab, dibandingkan bagian lain dari Indonesia, khususnya di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Papua relatif tertinggal," kata ARB kepada VIVA.co.id, beberapa waktu silam.

ARB juga memandang bahwa solusi Papua tidak terlalu sulit kalau memang pemerintah serius membangun dialog dan membangun masyarakat Papua terutama wilayah pegunungan. Solusi yang telah dilakukan ARB sejak lama termasuk dengan terjun langsung ke wilayah terpencil Papua. Salah satunya saat menangani masalah kelaparan di Yahokimo pada 2011 silam.

"Dulu, sebagai Menko Kesra saya puluhan kali ke Papua. Saya juga kenal belasan tokoh Papua, termasuk pembuat bendera Bintang Kejora Nicholas Jouwe. Mereka datang ke saya, menyerahkan senjata dan berjanji komitmen NKRI.  Saya merasa bisa berhubungan baik dengan tokoh-tokoh di Papua," kata ARB.

Kedekatan ARB dengan beberapa tokoh Papua ini ternyata membuahkan hasil salah satunya dengan kembalinya Jouwe ke pangkuan ibu pertiwi. Berkat lobi ARB, sosok sentral OPM ini kembali mengikrarkan dirinya sebagai bagian dari NKRI. Keakraban keduanya juga telah banyak diabadikan dalam tangkapan kamera. Langkah dan aksi ARB yang saat itu banjir pujian. 

Ya, Nicholas Jouwe yang 50 tahun lebih meninggalkan tanah kelahirannya Papua akhirnya kembali. Tuntuan Nicholas Jouwe untuk pembentukan daerah otonomi Papua lengkap dengan pejabat otoritasnya juga telah terwujud. Begitu juga dengan diangkatnya Menteri Percepatan Pembangunan Papua plus pelepasan beberapa tahanan OPM.

Photo :
  • VIVA

Yang terpenting, langkah ARB tersebut telah membuat putra daerah Papua yang sebelumnya getol ingin memisahkan diri dari Indonesia kembali tersadar. Semua masih bisa dibangun dengan dialog dan keseriusan untuk membenahi Papua. 

Tak ingin kesalahannya juga dialami generasi muda Papua, Jouwe juga tidak henti selalu menghimbau para gerilyawan pejuang Papua Merdeka untuk kembali menarik diri dan bergabung dengan Indonesia. Hal yang juga tentu akan berada di benak ARB hingga saat ini. Damailah Papua....