Empat Desa di Lombok Diterjang Hujan Es

Suasana saat hujan lebat di Lombok
Sumber :
  • VIVA/Satria Zulfikar

VIVA – Fenomena hujan es terjadi di dua kecamatan di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat sekitar pukul 15.20 Wita, Minggu, 22 November 2020. Empat desa dilaporkan sempat dilanda hujan es.

Hujan es terjadi di Kecamatan Sikur yang melanda Desa Kotaraja, Desa Tetebatu, dan Desa Tetebatu Selatan. Satu lagi di Kecamatan Montong Gading terjadi di Desa Perian.

Sebelum fenomena tersebut, hujan dengan intensitas tinggi turun. Hujan disertai cuaca dingin. Beberapa saat kemudian butiran es berbentuk kerikil turun.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Lombok Tengah, Levi Ratnasari, mengatakan, dari hasil pantauan radar di sekitar Montong Gading memiliki awan konventif atau Cumulonimbus.

"Terlihat suhu puncak awan Cumulonimbus terpantau sangat dingin yakni mencapai -80 (derajat celsius). Perlu diketahui awan Cumulonimbus atau dikenal dengan awan Cb ini dapat terbentuk akibat adanya pemanasan yang kuat di permukaan serta udara yang labil di wilayah tersebut," katanya.

Baca Juga: Bogor Dilanda Hujan Es Seukuran Kerikil, BMKG: Tadinya Lebih Besar

Dijelaskan, pertumbuhan puncak awan Cumulonimbus ini dapat lebih dari 6 kilometer. Kandungan dari awan Cumulonimbus dengan suhu puncak awan yang sangat dingin ini (-80) dapat menghasilkan butiran es.

"Butiran es dapat jatuh ke permukaan juga didukung oleh kondisi dari suhu di permukaan di wilayah tersebut, ketika suhu di permukaan atau daratan cukup dingin maka butiran es dari puncak awan Cb tersebut dapat jatuh masih berupa partikel es, sehingga hujan yang dihasilkan berupa butiran es," ujarnya.

Levi menjelaskan, umumnya hujan es terjadi dalam waktu singkat, namun diikuti oleh terjadinya hujan lebat yang disertai petir bahkan angin kencang.

"Untuk itu, masyarakat selalu waspada dan mengenali cuaca di sekelilingnya, jika teramati awan Cb yakni awan berwarna hitam seperti bunga kol dan berlapis sebaiknya mengurangi aktivitas di luar rumah, karena potensi cuaca ekstrem dapat terjadi di mana saja dan kapan saja," katanya. (art)