Cerita Bah Udin, Jaga Perdamaian Dunia Bersama Menag Fachrul Razi

Sersan Mayor (Purn) AE Syamsudin (83) atau yang akrab disapa Bah Udin
Sumber :
  • VIVA/Diki Hidayat

VIVA – Sersan Mayor (Purn) AE Syamsudin (83) atau yang akrab disapa Bah Udin, kini hanya bisa duduk di atas kursi roda di rumahnya di Kamoung Babakan Loa, Kecamatan Tarogong Kid, Kabupaten Garut Jawa Barat. Pada momentum Hari Pahlawan, Bah Udin hanya ingin para generasi muda menghormati dan menghargai hasil perjuangan para pahlawan.

"Kita dulu perang untuk menjaga kemerdekaan hingga mempertaruhkan nyawa. Nah generasi muda sekarang harus berperang melawan ego masing-masing dan bersatu demi negara," ujar Bah Udin saat dimintai komentar tentang penghormatan bagi para pahlawan.

Bah Udin, satu dari sekian banyak purnawirawan yang hingga saat ini masih bisa menghirup udara kemerdekaan RI. Walaupun diusia yang sudah senja, namun Bah Udin masih menyimpan kenangan semasa jadi tentara.

Kakek sembilan anak dan puluhan cucu ini bercerita mulai bergabung dengan Tentara dengan ikut menjadi kontingen Pasukan Perdamaian Dunia dari Indonesia, lalu Garuda, PRRI, Dwi Kora hingga operasi penumpasan PKI dan DI/TII.

Dari sekian operasi militer yang paling berkesan pada saat ikut Operasi Pagar Betis di tatar Pasundan untuk mengepung pimpinan DI/TII Kartosoewirjo dan gerombolannya. Operasi tersebut berlangsung di tahun 60-an.

"Setelah menjalani misi berbulan-bulan, pasukan akhirnya berhasil mengepung basis gorombolan dan menangkap Kartosoewirjo," ungkapnya.

Lalu Bah Udin juga menceritakan perjalanan karir saat berdinas di Yonif Linud 305/ Tengkorak yang kala itu bermarkas di Tarogong, Kabupaten Garut pada tahun 1970 an. Bah Udin diberangkatkan menuju Timur Tengah. Dia dan pasukannya bergabung dalam Kontingen Garuda VIII/2 yang dipimpin Kolonel Inf. Gunawan Wibisono saat itu.

"Nah di Timur Tengah kami bertugas selama kurang lebih satu tahun. Kami menjaga perdamaian di kawasan Suez perbatasan antara Mesir dan Israel kala itu," ucapnya.

Tidak banyak siapa saja yang ia ingat waktu itu, kecuali satu komandan yaitu Letnan Satu Fachrul Razi yang sekarang menjadi Menteri Agama (Menag) RI. Selain itu yang diingat Bah Udin di Timur Tengah pada saat diadang masyarakat setempat hanya sekedar meminta rokok.

"Cigarette, cigarette please, ucap warga Timur Tengah yang maksudnya meminta rokok," kata Bah Udin.

Bah Udin juga bercerita saat bertugas pada operasi Penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera pada akhir tahun 1950 an. Apesnya uang saku yang diterima lalu diberikan kepada salah seorang keluarga yang dipercaya. Namun uang saku itu raib dipergunakan oleh orang kepercayaan Bah Udin.

"Waktu itu saya masih bujangan. Jadi uang saku saya titip dikeluarga yang dipercaya tapi malah tidak ada sepeserpun," katanya.

"Jujur sampai sekarang masih mengganjal di hati, padahal waktu di Sumatera saya bertugas hampir satu tahun," tambah Bah Udin.

Saat ini, Bah Udin tinggal di sebuah rumah sederhana yang merupakan rumah warisan sang ibu, di kawasan Tarogong Kidul Garut. Bah Udin hidup mandiri bersama anak-anak tercinta yang saat ini berbakti mengurusi hidupnya.

"Alhamdulillah saya dibantu oleh anak-anak dan buka warung kecil-kecilan, untuk menghabiskan sisa umur,” katanya.

Baca juga: Masinton Sebut Penjemputan Habib Rizieq Langgar Protokol Kesehatan