Pakai Masker, Jihad Santri Hari Ini
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap kali memperingati hari santri, Muslim Indonesia pasti terkenang semangat jihad dari kalangan disebut pula ‘kaum Santri’ di dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan berupa berperang melawan kolonial. Bedanya dahulu jihad dipakai melawan kolonial, kini jihad digunakan untuk melawan pandemi Covid-19.
Namun, ada semangat jihad yang kini perlu digelorakan dan terasa konstektual di tengah masa pandemi Covid-19. Hal itu adalah semangat para santri untuk menggelorakan ‘jihad" dengan cara memakai masker dan mentaati protokol kesehatan lain sebagai upaya konkrit memutus rantai pandemi.
‘’Jihad santi pakai masker itu ide yang tepat. Bila pada masa awal kemerdekaan semangat jihad kaum santri dipakai untuk berperang melawan kekuatan kolonial, kini sangat tepat dipakai untuk melawan Covid-19. Ini juga dapat dipakai para santri untuk memberi contoh yang baik bagi masyarakat,’’ kata cendikiawan dan Mantan Rektor UIN Jakarta, Prof DR Azyumardi Azra, Kamis (22/10).
Apalagi, lanjutnya, jihad yang selama ini dipahami itu kadang hanya diidentikan dengan perang atau aksi kekerasan melawan kebatilan. Padahal artinya ‘jihad’ yang sebenarnya adalah berbuat secara bersungguh-sungguh di jalan Allah.
‘’Makna jihad dengan memakai masker yang digelorakan para santri juga merupakan bagian dari ajaran agama Islam, yakni ‘Hifz an-Nas’ (melindungi jiwa), hifz al-din (menjaga agama),hifz al-"aql (menjaga akal), hifz al-nasl (menjaga keturunan). Jadi jihad memakai masker adalah bersungguh-sungguh memakai masker dan mentaati protokol kesehatan dalam rangka melawan pandemi Covid-19,’’ ujarnya.
Pada masa ini, lanjut Azyumardi, pihaknya memang masih banyak merasa khawatir karena ada sebagian masyarakat yang belum terlalu peduli memakai masker dan mentaati protokol kesehatan dengan berbagai alasan. Padahal itu adalah cara yang murah dan terbaik untuk melindungi diri dan orang lain dari paparan Covid-19. ”Menyelamatkan diri sendiri dan meyelamatkan orang lain itu adalah inti semangat ajaran Islam,’’ katanya.
Seorang pengelola Pondok Pesantren Al Azhary di Ajibarang, Banyumas, Mohammad Fahmi, juga sepakat bila pada peringatan hari santri kali ini digelorakan jihad memakai masker dan mentaati protokol kesehatan Covid-19. Bila ini dilakukan maka masyarakat yang sebagian kaum Muslim itu juga ikut menjadi sadar arti pentingnya hal tersebut.
‘’Memang terkesan sepele. Hanya memakai masker. Tapi kalau dilandasi semangat jihad seperti dahulu para santri berperang melawan kolonial, maka pemakaian masker dan semangat menaati protokol kesehatan akan semakin masif dalam masyarakat. Ahlasil, semua bangsa ini bisa melewati masa pandemi Covid-19 dengan tenang dan tentram,’’ ujarnya.
Menurutnya, semangat jihad untuk berbuat baik itu tepat digelorakan di sela peringatan Hari Santri yang jatuh pada hari Kamis ini (22/10). Sebab, pada kenyataannya negara dan bangsa saat ini memang butuh diselamatkan karena berada dalam situasi krusial, yakni terjadi pandemi Covid-19.’’Kalau dulu negara terancam karena diserbu tentara asing kini negara terancam karena diserbu virus Covid-19. Maka berjihadlah wahai para santri masa kini!,’’ kata Fahmi.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran Pondok Pesantren (Ponpes) dalam mengatasi permasalahan bangsa. Prof Nasaruddin menyarankan agar Ponpes menjadi teladan pencegahan Covid-19 di lingkungannya.
Nasaruddin menjelaskan para santri dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam melawan pandemi Covid-19. Caranya dengan menerapkan protokol kesehatan, memperbanyak doa, dan memperkuat iman.
"Saya mengimbau kepada seluruh komunitas pondok pesantren, para kiai, kemudian stakeholder pondok pesantren, mari kita menjadikan pondok pesantren itu sebagai institusi teladan di dalam kesehatan masyarakat terutama dalam rangka memproteksi diri dari virus Covid-19 ini," kata Nasaruddin dalam talkshow Peringatan Hari Santri di akun youtube BNPB pada Kamis (22/10).
Nasaruddin merujuk berdasarkan jejak sejarah, santri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan bangsa. Ia optimis kalangan Ponpes dapat mengambil peran lebih besar di masa pandemi ini.
"Santri harus pro aktif seperti dulu ikut memerdekakan Indonesia. Kalau santri dulu pernah usir penjajah, maka sekarang ikut usir Corona dengan caranya sendiri. Bisa dengan berdoa dan jadi contoh penerapan protokol kesehatan," ujar Nasaruddin.
Nasaruddin sendiri menerapkan standar pencegahan Covid-19 secara ketat di tiga Ponpes yang dimilikinya. Ketiga Ponpesnya berusaha semaksimal mungkin mencegah interaksi santri dengan dunia luar guna mencegah penularan Covid-19.
"Kami sudah siapkan tempat karantina (jika ada positif Covid-19) tidak boleh ada yang ke sana. Jamaah luar tidak bisa shalat di Masjid Ponpes. Staf dapur tidak gabung dengan lingkungan santri," ungkap Nasaruddin.
Seorang santri yang kini menjadi Wakil Ketua Komisi I DPD RI, DR Abdul Kholik sepakat bila para santri menggelorakan semangat jihad memakai masker dan mentaati protokol kesehatan Covid-19. Sikap ini bernilai positif sebagai implementasi para santri atas ajaran Islam secara konstektual.
‘’Dulu santri berjihad ketika ada perang melawan Belanda pada awal Kemerdekaan. Kini para santri berjihad ketika ada pandemi Covid-19. Mari kita hapus kesan bahwa jihad itu identik dengan perang atau kekerasan, menjadi jihad dalam arti menyelamatkan diri sendiri, keluarga, orang lain, bangsa dan negara,’’ tegas Abdul Kholik.