Pidato Bung Karno di PBB 1960: Komunis Pun Terima Pancasila
- kwiknews.my
VIVA – Presiden RI pertama Soekarno atau Bung Karno, dalam pidatonya di muka Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) XV tanggal 30 September 1960, mengangkat Pancasila sebagai ideologi alternatif bagi dunia. Sebab imperialisme dan kolonialisme, justru tidak cocok dan tidak membangun dunia yang damai.
Dalam pidato itu, Bung Karno memaparkan bagaimana kondisi negara-negara di Asia dan Afrika yang banyak mengalami penjajahan. Bahkan Bung Karno menegaskan, mereka tidak hanya mempelajarinya tetapi merasakan dan berjuang untuk merdeka dan keluar dari kolonialisme dan imperialisme tersebut.
Bung Karno dalam pidatonya itu mengatakan, bahwa di antara bangsa-bangsa apabila ada yang kaya dan miskin serta yang menghisap dan dihisap, maka bentrokan dipastikan akan terjadi. Maka untuk menghindari bentrokan yang perlu dihilangkan adalah penyebabnya. Itu berlaku secara internasional maupun dalam bangsa itu sendiri. Maka imperialisme dan kolonialisme yang menghisap, harus dilenyapkan.
"Saya percaya, bahwa ada jalan keluar daripada konfrontasi ideologi-ideologi ini. Saya percaya bahwa jalan keluar itu terletak pada dipakainya Panca Sila secara universil!," lanjut Bung Karno, dalam pidatonya tersebut.
Baca juga: Transkip Perbincangan Aidit dengan Mao Zedong Terkait Kudeta PKI
Ditegaskan Bung Karno, bahwa Indonesia tidak bisa tinggal diam melihat kekacauan dunia. Pancasila yang diusulkan Bung Karno, dinilainya sebagai jalan terbaik karena prinsip-prinsipnya tidak ada saling hisap menghisap yang mengakibatkan kekacauan. Bung Karno bahkan memaparkan butir-butirnya, baik itu mengenai Ketuhanan, nasionalisme, internasionalisme, hingga musyawarah.
Bung Karno mengatakan, apakah bangsa-bangsa barat dan besar seperti AS dan Inggris menolak gagasan Pancasila itu. Atau ada negara yang memilih mengambil posisi statis padahal kondisi dunia sedang menghadapi kekacauan. Proklamator itu meminta negara-negara tersebut melihat Indonesia. Melihat para delegasi yang ikut hadir di Sidang Umum PBB tersebut.
"Lihatlah, lihatlah delegasi yang mendukung saya! Delegasi itu bukan terdiri dari pegawai-pegawai negeri atau politikus-politikus profesional. Delegasi ini mewakili bangsa Indonesia. Dalam delegasi ini ada prajurit-prajurit. Mereka menerima Panca Sila, ada seorang ulama Islam yang besar, yang merupakan soko guru bagi agamanya. Ia menerima Panca Sila. Selanjutnya ada pemimpin Partai Komunis Indonesia yang kuat. Ia menerima Panca Sila," jelas Bung Karno.
Pancasila dijelaskannya, adalah nilai yang terkandung dalam bangsa Indonesia sejak ribuan tahun lamanya. Dengan penduduk mayoritas Islam, kata Bung Karno, maka dipilih Pancasila sebagai ideologi. Ada banyak golongan yang ada di dalam bangsa Indonesia seperti golongan Katolik dan Protestan, dari Partai Nasionalis dan organisasi-organisasi buruh dan tani, ada pula wanita-wanita, kaum cendekiawan dan pejabat-pejabat pemerintahan. Bung Karno menegaskan, semuanya golongan tersebut menerima Pancasila.
"Mereka bukannya menerima Panca Sila semata-mata sebagai konsepsi ideologi belaka, melainkan sebagai suatu pedoman yang praktis sekali untuk bertindak. Mereka di antara bangsa saya yang berusaha menjadi pemimpin tetapi menolak Panca Sila, ditolak pula oleh bangsa Indonesia," lanjut Bung Karno.