Pilkada Tak Ditunda, Rocky Gerung Sindir Jubir Presiden
- Syaefullah
VIVA – Pengamat Politik Rocky Gerung, menyoroti pernyataan Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman yang mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo menginginkan Pilkada serentak 2020 tetap dilaksanakan pada Desember 2020. Menurut Rocky, hal ini menunjukkan ketidakmampuan Presiden membaca situasi.
"Jadi ini incapacity dari Pak Presiden diperlihatkan hari ini melalui ucapan juru bicara, bahwa presiden menginginkan pilkada tidak dibatalkan dengan pikiran bahwa COVID-19 tidak bisa diprediksi, karena itu Pilkada lanjutkan saja," kata Rocky, dalam diskusi Indonesia Leaders Talk di akun Youtube Mardani Ali Sera, yang dikutip VIVA, Selasa 22 September 2020.
Baca juga: Pengundian Nomor Urut Pilkada, Paslon Wajib Tes Swab
Menurut Rocky, ketika memutuskan Pilkada tetap dilakukan di masa pandemi, dan memilih waktu di akhir tahun 2020, di situ pengambil kebijakan secara tidak langsung mengambil asumsi bahwa COVID-19 akan menurun. Padahal yang terjadi justru sebaliknya, angka positivity rate di Indonesia naik.
"Kalau kita katakan COVID-19 tidak bisa diprediksi artinya dia bisa bertambah, dia bisa berkurang juga. Tetapi Presiden mengambil asumsi bahwa COVID akan berkurang karena itu dia akan lakukan (Pilkada). Kenapa tidak ambil prediksi yang kemungkinan (COVID) bertambah? padahal algoritma dunia mengatakan tumbuh terus positivity rate kita," ujar Rocky
Rocky mengatakan, Presiden semestinya cermat melihat data yang ada. Sebab dari prediksi sejumlah lembaga statistik, jika keadaan tetap seperti ini, jumlah COVID di Indonesia pada bulan Desember bisa semakin banyak.
"Apa presiden tidak membaca bahwa kata dunia, kalau kata-kita nanti dianggap karena oposisi lah, karena ada tidak suka, tapi ini hakim dunia bilang Indonesia itu eksponensial pertumbuhannya. dan itu berarti Desember nanti itu akan Puncak. Itu otaknya mesti baca begitu kalau dia baca begitu bertambah terus berarti Desember," ujarnya
Dengan mengambil keputusan tersebut, Rocky menilai Presiden Jokowi tidak melihat data secara keseluruhan. Sebaiknya, pola seperti ini tidak dilakukan dalam menangani pandemi COVID-19 yang berkaitan dengan nyawa manusia
"Presiden berpikir sebaliknya, lakukan Pilkada karena tidak ada kepastian tetapi implisit dalam perkataan tidak ada kepastian itu, artinya Desember akan berkurang, artinya dia tidak membaca ilmu pengetahuan," ujarnya