Perjanjian Dagang NTB dan Israel, Cek Faktanya

Ekspor Kerajinan Handicraft Tembus Pasar Eropa Amerika
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Dinas Perdagangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membantah berita yang beredar terkait adanya hubungan kerjasama perdagangan dengan pemerintah Israel.

Kepala Dinas Perdagangan NTB, Fathurrahman mengatakan, produk NTB memang tercatat berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) yang biasa disebut Certificate of Origin (COO). Surat ini merupakan sertifikat asal barang, dimana dalam sertifikat dinyatakan bahwa barang/komoditas yang diekspor berasal dari daerah/negara pengekspor.

Baca: UEA Baikan dengan Israel, Menlu Retno Telepon Tanya Nasib Palestina

Namun ditegaskan, NTB tidak memiliki perikatan perdagangan dengan Israel meskipun tercatat masuk ekspor ke Israel dan negara timur tengah lainnya, 

"SKA digunakan untuk mengontrol laju ekspor di Indonesia, sesuai Peraturan Menteri Perdagangan no 19 tahun 2019 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan SKA untuk barang asal Indonesia. Memang produk kita di ekspor ke sejumlah negara, tetapi tidak ada perjanjian dagang (dengan Israel) itu," katanya ditemui di Mataram, Jumat, 21 Agustus 2020.

Ia mengatakan hingga bulan Juni 2020, ekspor NTB terbesar masih berasal dari tambang sebesar 94,12 persen dengan negara tujuan Filipina, Korsel, Jepang dan China. Sedangkan non-tambang dengan nilai 5,88 persen atau 5.490.840 Dolar terbesar disumbang oleh komoditi Perikanan dan kelautan (2,31 persen) dengan negara tujuan Malaysia, China, Australia dan Hongkong. 

Berikutnya berasal dari komoditi pertanian dan perkebunan (3,42 persen) dengan negara tujuan Perancis, Korsel dan Hongkong. Sisanya berasal dari kerajinan (0,15 persen) dengan negara tujuan USA, Jerman, Norway dan Israel.

"Provinsi NTB tidak pernah melakukan perjanjian dagang dengan pihak luar negeri karena sesuai Peraturan Presiden nomor 71 Tahun 2020 tentang tata cara persetujuan perjanjian perdagangan internasional, bahwa kewenangan tersebut ada di pemerintah pusat," tegasnya.

Fathurrahman mengakui pandemi COVID-19 memang berpengaruh pada kegiatan ekspor. "Tahun ini nilai ekspor kita hampir 4,2 juta Dolar. Termasuk ekspor kerajinan olahan, pada Maret lalu," katanya.

Nilai ekspor keseluruhan NTB yang mencapai 4,2 juta Dolar tahun ini, menurut Fathurrahman, tidak termasuk sektor tambang. Mengingat, untuk tambang saja nilainya lebih dari 62 juta Dolar AS. Dibandingkan tahun 2019 lalu, nilai ekspor memang menurun. Untuk di luar tambang, mencapai 12 juta Dolar. 

"Kita akan terus tingkatkan produk ekspor. Tapi saat ini memang terkendala COVID-19," katanya.