Banjir Bandang Luwu Utara Akibat Gempa, Ini Kata BMKG

Rumah tenggelam lumpur akibat banjir bandang di Desa Radda Luwu Utara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hariandi Hafid

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi terkait beredarnya berita yang menyebutkan bahwa, bencana banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara dipicu adanya longsoran akibat gempa tektonik. 

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, bahwa wilayah Kabupaten Luwu Utara beberapa kali mengalami getaran gempa dirasakan seperti gempa Luwu Utara 25 Agustus 2017 (M 4,3) dirasakan III MMI, gempa Luwu Utara 8 April 2020 (M 5,0) dirasakan II MMI, gempa Luwu Utara 11 April 2020 (M 4,2) dirasakan II MMI dan gempa Luwu Utara 13 Juni 2020 (4.2) dirasakan II MMI.

"Diskripsi skala intensitas II - III MMI masih dalam kategori getaran ringan yang dirasakan oleh beberapa orang hingga dirasakan seperti truk berlalu. Getaran gempa semacam ini belum mampu memicu terjadinya longsoran," kata Rahmat Triyono di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca juga: Pemerintah Pastikan Kebutuhan Korban Banjir Masamba Terpenuhi

Hasil monitoring BMKG, kata dia, menjelang terjadinya banjir bandang juga tidak mencatat adanya aktivitas gempa tektonik di wilayah Kabupaten Luwu Utara. "Sehingga peristiwa banjir bandang yang terjadi tidak ada kaitannya dengan kejadian longsoran yang diakibatkan gempa," lanjut Rahmat.

Kemudian, berdasarkan pengukuran hujan yang sampai ke bumi dan estimasi dari satelit cuaca memperlihatkan bahwa salah satu penyebab terjadinya banjir bandang di Luwu Utara pada tanggal 13 Juli 2020 adalah akumulasi curah hujan yang terjadi dalam beberapa hari sebelumnya dengan intensitas sedang hingga lebat yang turun di wilayah Masamba dan sekitarnya, terutama di wilayah perbukitan sebelah utara dan timur laut.

Maka, untuk mengetahui penyebab banjir bandang yang sesungguhnya diperlukan kajian yang komprehensif berdasarkan data lapangan, khususnya kondisi daerah aliran sungai dan kondisi lahan di wilayah hulu apakah terjadi penggundulan hutan atau konversi lahan yang dapat memicu terjadinya peningkatan aliran permukaan (run off) sehingga memicu terjadinya banjir bandang. (ren)