Khofifah Blakblakan Harapannya Jawa Timur Bakal New Normal Jadi Kandas
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melaporkan kondisi dan penanganan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di hadapan Presiden Joko Widodo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 25 Juni 2020. Ia mengatakan, dari total kasus corona, kasus terbanyak berada di Kota Surabaya, disusul dua daerah tetangga Surabaya, yaitu Kabupaten Sidoarjo dan Gresik (Surabaya Raya).
Mengacu pada data Covid-19 Jatim per 24 Juni 2020, Khofifah mengatakan bahwa dari total 10.282 kasus positif di Jatim, kasus yang paling banyak ialah di Surabaya. “Tertinggi memang di Surabaya, yaitu 48,3 persen, berikutnya Sidoarjo, Gresik, dan kabupaten/kota lain 34 persen,” katanya melaporkan kepada Jokowi dalam rapat yang disiarkan secara langsung melalui aplikasi YouTube.
Khofifah menuturkan, attack rate atau tingkat serangan Covid-19 di Jawa Timur di angka 25 per seratus ribu jumlah populasi, sementara di Surabaya di angka 189 dan Surabaya Raya 105. Attack rate diperlukan secara epidemiologi karena dengan begitu tingkat kewaspadaan akan terus tertanam oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
“Sebetulnya kami sempat mendapatkan suatu kebahagiaan ketika pada tanggal 9 Juni rate of transmission di Jawa Timur 0,86 persen. Tapi kemudian ada kenaikan kembali pada 24 Juni kemarin: rate of transmission-nya 1,08 persen,” katanya.
Khofifah lantas mencontohkan di Surabaya Raya yang rate of transmission-nya sempat di bawah 1 selama enam hari. Kota Surabaya sempat di bawah 1 selama enam hari. Kabupaten Sidoarjo juga di bawah 1 selama delapan hari. Kabupaten Gresik di bawah 1 selama enam hari.
"Hari itu kami sempat senang: delapan hari [rate of transmission rendah, sehingga] kita siap-siap masuk new normal,” katanya.
Untuk mempertahankan itu, Khofifah mengatakan bahwa Gugus Tugas Covid-19 Jatim berupaya mengajak masyarakat, di antaranya bersilaturrahim secara virtual pada saat Lebaran lalu. Namun, tidak semua masyarakat mematuhi itu karena berkaitan dengan keyakinan dan kebiasaan masyarakat. “Pada posisi seperti inilah yang kemudian menimbulkan munculnya klaster-klaster baru,” ujarnya.
Atas laporan itu, Jokowi memberikan arahan agar pemerintah daerah di Jatim mendorong masyarakat agar memiliki perasaan yang sama bahwa di tengah-tengah kehidupan ada masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama, yaitu pandemi corona. “Jangan sampai masyarakat merasa normal-normal saja, sehingga lupa dan tidak memakai masker,” katanya.