Pemprov Jatim Jawab Tudingan Pemkot Surabaya soal Salah Data Corona

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Pemerintah Kota Surabaya kembali melempar isu dengan menyampaikan bahwa data kasus Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang diumumkan banyak yang keliru. Banyak data kasus corona Surabaya, menurut Pemkot, sebetulnya dari luar Kota Pahlawan. Bahkan, bisa jadi kekeliruan itu 50 persen dari total kasus.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur membantah tudingan itu. "Pemerintah provinsi tidak akan melakukan informasi berupa data yang tidak didasari oleh, satu, kondisi lapangan; kedua, data itu diolah oleh pakar-pakar. Jadi, tidak mungkin [data kasus corona keliru]," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Heru Tjahjono pada Kamis, 18 Juni 2020. 

Heru menjelaskan, data kasus corona yang diumumkan Gugus Tugas Covid-19 Jatim berdasarkan gabungan data yang sudah dikroscek terlebih dahulu. Data itu berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota kemudian dikroscek di lapangan dibantu oleh BNPB. "Jadi, tidak mungkin [keliru data seperti tudingan Pemkot Surabaya]," ujarnya.

Pemkot Surabaya sebelumnya meragukan validitas data kasus positif corona di Surabaya yang diumumkan oleh Pemprov Jatim. Kekeliruan data itu bahkan hingga 50 persen, kata Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita alias Feny, dalam keterangan tertulis diterima wartawan pada Rabu, 17 Juni 2020.

“Jadi, pernah saya dapat angka 280 confirm dari provinsi, itu setelah kita teliti ternyata hanya 100. Setelah kita cek lihat [lapangan] ternyata [sisanya] itu bukan orang Surabaya. Sudah ditelusuri oleh Puskesmas orangnya tidak ada di tempat (alamat) itu,” ujarnya.

Ia menyatakan bahwa beberapa hari terakhir data kasus Covid-19 warga Surabaya yang diterimanya dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah ditelusuri ternyata tidak sesuai fakta. Misalnya, pada 14 Juni, data yang diterima sebanyak 180 kasus warga Surabaya, namun setelah dicek hanya 80 orang.

Kemudian, pada 15 Juni, data confirm yang diterima 280 orang, dan setelah dicek hanya 100. Pada tanggal 16 Juni, pihaknya menerima data 149 kasus terkonfirmasi warga Surabaya dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang.

"Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi, puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada,” kata Feny.