Kisah Misi Nekat Pramono Edhie Kibarkan Merah Putih di Puncak Everest

Mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo dimakamkan di TMP Kalibata
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Wafatnya mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo meninggalkan berbagai kisah heroik, di antaranya saat Pramono memimpin pasukannya mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest, di Nepal.

Kisah itu disampaikan Letnan Jenderal TNI (Purn) Erwin Soejono, yang juga kakak ipar Pramono. Dia menceritakan saat itu Pramono masih berdinas di Kopassus dan berpangkat Letnan Kolonel (Letkol). Danjen Kopassus saat itu dijabat Prabowo Subianto, yang menginginkan agar pasukannya juga bisa ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dengan mendaki puncak Everest.

“Gagasan ini merupakan implementasi dari keinginan Komando Jenderal Kopassus waktu itu Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto agar TNI tidak kalah oleh tentara dari negara maju,” kata Erwin di TMP Kalibata Jakarta, Minggu, 14 Juni 2020.

Pada waktu itu Pramono memimpin langsung tim pendakian berangkat ke Nepal pada 1997. Banyak yang mengatakan pendakian itu merupakan misi nekat dikarenakan persiapan yang sangat minim dan tidak ada pengalaman mendaki gunung yang bersalju.

“Tetapi Almarhum punya tekad yang kuat dengan misi komando pantang pulang sebelum berhasil. Lebih baik pulang nama daripada gagal di medan tugas,” katanya.

Dan akhirnya pada Sabtu sore, 26 April 1997, waktu Nepal, bendera Merah Putih berhasil dikibarkan di puncak Gunung Everest pada ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keberhasilan itu tidak terlepas dari kepemimpinan Pramono, yang merupakan putra dari mantan Komandan RPKAD (sebelum menjadi Kopassus) Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.

Mengingat medan yang dilalui hingga tiba di puncak, menghadapi cuaca yang cukup ekstrem dengan suhu di bawah 0 derajat celsius.

“Peristiwa ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mencapai puncak tertinggi di dunia,” katanya.

Pramono Edhie Wibowo meninggal dunia pada usia 65 tahun, Sabtu malam, 13 Juni 2020, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pramono menderita sakit dengan diagnosa serangan jantung.