Risma: Saya Tak Bisa Biarkan Warga Saya Mati Kelaparan

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di acara ILC tvOne, Selasa, 9 Juni 2020
Sumber :
  • VIVAnews/Andri Daud

VIVAnews - Penyebaran virus corona atau Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, menjadi sorotan. Sebabnya, kota yang kini dipimpin oleh Tri Rismaharini atau Risma tersebut menjadi zona hitam.

Di tengah situasi tersebut, sempat muncul perdebatan apakah status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya dihentikan atau tidak. Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, sendiri secara tegas menolak perpanjangan PSBB.

Apa alasan yang mendasari sikap Risma tersebut?

"Saya tidak bisa membiarkan warga saya mati karena kelaparan," kata Risma dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa, 9 Juni 2020.

Risma melanjutkan PSBB harus dihentikan karena dia melihat ada sektor-sektor tertentu yang tidak bisa hidup. Dia mencontohkan ada seorang warga yang kena PHK, padahal ia memiliki istri, dan dua atau tiga anak.

Meskipun dia mendapat bantuan sembako dari pemerintah kota, tetap saja belum bisa mencukupi kebutuhan mereka sekeluarga dalam waktu yang panjang.

Begitu juga jika mereka memiliki tabungan emas. Mereka tidak bisa menjualnya karena toko emas tutup.

Selain alasan kebutuhan dasar warga, Risma juga menyatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui pasien yang terkena Covid-19. "Kami tahu betul pasien itu," ujarnya.

Selanjutnya, Risma juga mengaku sudah melakukan sosialisasi ke pasar-pasar, pertokoan, mengenai protokol kesehatan. Dia menjalankan itu sekitar sebulan. Risma juga membangun kampung tangguh bernama wani jogo Surabaya.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut menambahkan ketika melakukan karantina terhadap suatu kampung demi memutus mata rantai penyebaran virus corona, dia juga memenuhi kebutuhan masyarakat di sana.

"Tidak fair jika kita minta mereka isolasi diri tapi kita tidak berikan peralatan tadi (kebutuhan-kebutuhan pokok)," katanya.