Pakar Epidomologi: Tak Tepat Rt dan Ro Jadi Patokan New Normal Corona
VIVA – Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunus Miko Wahyono, mengungkapkan, tidak tepatnya Rt maupun Ro untuk untuk dijadikan acuan bagi pemerintah dalam melaksanakan normal baru atau new normal.
Ro (reproduksi dasar) dalam ilmu epidemologi mengestimasi rata-rata orang yang bisa terinfeksi wabah virus dari satu orang yang sudah positif. Sedangkan, Rt (reprofuksi efektif) merupakan rata-rata orang yang bisa terinfeksi dari satu pasien positif usai adanya intervensi pemerintah.
Miko mengatakan, jika indikator tersebut digunakan untuk mengukur wabah yang bentuknya Common Source Epidemic atau melalui zat maka itu tepat digunakan. Namun, untuk wabah yang bentuknya Propagated atau penularannya dari orang ke orang seperti virus corona (covid-19), itu tidak sepenuhnya tepat.
"Nah pada wabah yang common source pada patokan Rt sangat tepat sekali, jadi kalau yang propagated pakai Ro atau Rt itu kadang-kadang tepat kadang-kadang tidak," kata dia saat diskusi secara virtual, Sabtu, 6 Juni 2020.
Oleh sebab itu, Miko menganggap bahwa jika wabah tersebut bentuknya propagated maka pemerintah tidak bisa dengan mudah melakukan pelaksanaan normal baru hanya dengan indikasi tingkat penularan, sebab sifat penularan itu naik turun tergantung populasinya.
"Kalau pas turun, pas ketemu populasi yang gampang menular, dia naik lagi. Jadi sekarang aja di Indonesia naik turunnya sudah lebih dari enam kali, jadi bayangin saja. Sekarang sudah 29 ribu kasus covid, kalau di DKI Jakarta juga sudah empat hari lebih naik turun," tegas dia.
Karena itu, berdasarkan pengamatannya, normal baru tidak bisa cepat dilakukan saat ini, apalagi tingkat penularan masih tinggi secara nasional. Di ibu kota saja masih di kisaran 400-500 penularan dalam sehari selama sepekan ini, sedangkan di beberapa daerah, seperti Depok sudah hitungan jari, yakni di kisaran lima orang.
"Ini jadi harus hati-hati kapan kita buka new normalnya. Kalau kasusunya dalam satu minggu turun aman, kalau di Depok udah turun aman ke lima, bisa dihitung, jadi kalau Jakarta harusnya turun di bawah 100, baru itu bisa dibilang aman. Kalau aman absolut harusnya nol, semua sepakat kalau jumlah kasus barunya nol," tutur Miko.