Sebulan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Bekerja, Ini Hasilnya

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, melaporkan perihal kinerja pemerintah terkait penanganan virus Corona selama satu bulan ini.  Beberapa capaian pun disampaikan Doni, mulai dari pendistribusian Alat Pelindung Diri (APD) buat tenaga medis hingga pemeriksaan corona.

Terkait pendistribusian APD, Doni menyampaikan sudah 725 ribu APD, 13 juta masker bedah dan 150 ribu masker N95 telah didistribusikan.

“Saat ini, tim ahli gugus tugas dibantu peneliti dan periset dari berbagai lembaga perguruan tinggi dan dunia usaha, sedang berupaya memproduksi APD menggunakan komponen lokal dan bersertifikasi WHO. Nanti juga bisa memproduksi ventilator,” kata Doni dalam konferensi pers melalui akun YouTube BNPB, Selasa, 14 April 2020.

Doni menuturkan, Tim Gugus Tugas bersama Kemenkes, Kementerian BUMN, Kemenristek, Badan Riset Nasional dan kementerian atau lembaga lainnya terus meningkatkan kemampuan laboratorium pemeriksaan Covid-19.

“Yang semula 3 unit menjadi 12 unit. Selanjutnya menjadi 25 unit dan menuju ke 52 unit dan sampai akhirnya terdapat 78 unit labaratorium tersebar dan beroperasi di seluruh tanah air,” ucapnya.

Tim Gugus Tugas juga telah mendistribusikan 800 ribu rapid test ke seluruh indonesia. Tim Gugus Tugas bersama Kemenkes, KemenPUPR, dan Kementerian BUMN terus meningkatkan kapasitas rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah, TNI, Polri, BUMN termasuk swasta.

“Saat ini telah siap sebanyak 635 rumah sakit rujukan dengan daya tampung 1.515 ruang isolasi untuk pasien berat. Pasien sedang dibangun RS Darurat Wisma Atlet yang dapat menampung 2.000 pasien dan di Pulau Galang bisa menampung 400 pasien dan ada juga tempat observasi di Pulau Natuna,” ucapnya.

Pemerintah juga menggandeng unicorn berbasis media agar masyarakat dapat menggunakan jasa dokter melalui komunikasi virtual. Sehingga rumah sakit hanya diprioritaskan kepada pasien berat dan kritis saja.

“Sedangkan pasien ringan dapat dirawat di rumah dengan cara diobati berdasarkan petunjuk para dokter melalui virtual atau telemedicine,” katanya.