Hasil Tes Positif Corona, Warga Satu Kampung Panik Usai Ikut Tahlilan

Sumber :

VIVA – Puluhan warga di Kampung Malang Nengah, Desa Ciseeng, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, geger usai menghadiri tahlilan salah seorang warga meninggal dunia yang baru dinyatakan positif corona covid-19. Kepanikan itu tersebar melalui pesan berantai di kalangan warga lewat aplikasi WhatsApp

"Diimbau kepada seluruh warga Cibeuteung Udik karena di Kecamatan Ciseeng sudah positif ada dua orang yang terkena virus covid-19. Satu meninggal, satu sudah dikarantinakan bahkan kelemahannya diadakannya tahlilan di rumahnya. Sekarang puluhan orang jadi ODP termasuk kepala desanya. Demikian imbauan kepada seluruh warga Cibeuteung Udik, jangan berkunjung ke wilayah Desa Ciseeng termasuk ke Pasar Ciseeng dan lainnya, dan jangan menerima tamu dari orang-orang desa kita," kata suara tersebut.

Hasil penelurusuran VIVAnews, kabar tersebut dibenarkan Bupati Bogor, Ade Yasin, Sabtu 11 April 2020, yang mengumumkan warga Ciseeng meninggal. 

"Bertambah empat kasus baru positif Covid-19 dan satu di antaranya pasien positif yang meninggal dunia. Satu pasien positif yang terkonfirmasi meninggal dunia laki-laki 48 tahun asal Kecamatan Ciseeng," kata Ade.

Jumlah ODP, PDP, dan Positif pada Minggu 12 April 2020 pun bertambah dengan jumlah Sabtu kemarin. Sebelumnya ODP (Orang Dalam Pantauan) 349 orang menjadi 395. PDP (Pasien Dalam Pengawasan) 330 orang menjadi 332. Kasus positif yang sebelumnya 33 orang menjadi 36.  

"Bertambah tiga kasus baru positif Covid-19 dan satu di antaranya pasien positif yang meninggal dunia asal Kecamatan Cileungsi. Bertambah dua pasien PDP meninggal dunia asal Cibinong dan Jonggol," kata Ade, Minggu 12 April 2020.

Warga menghadiri tahlilan di rumah korban meninggal yang dinyatakan Covid-19 dibenarkan Sekretaris Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Heri Isnandar. Warga baru mengetahui setelah tahlilan hari ketujuh selesai.

"Awalnya tidak tahu tapi setelah keluar data monitoring Covid-19 Kabupaten Bogor dan warga tersebut positif akhirnya warga yang tahlil dinyatakan ODP," kata Heri saat dihubungi VIVAnews, Senin 13 April 2020.

Heri menjelaskan, saat jatuh sakit korban sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong. Warga tidak ada yang mengetahui bahwa korban tersebut mengalami gejala Covid-19. Saat meninggal dunia korban dimakamkan di Cibinong dan tanpa protokol pemakaman Covid-19.

"Jadi sebelumnya emang warga enggak tahu, mengiranya meninggal sakit jantung, tapi pas setelah hari kedelapan info dia covid-19 baru keluar. Dan tidak dimakamkan di Ciseeng. Dimakamkannya pun tanpa sesuaikan protokol covid-19," jelas Heri.

Menurut Informasi laporan ketua RW, kata Heri, ada 25 orang yang menghadiri tahlilan tersebut. Namun, belum diketahui melakukan kontak selama di rumah korban.

Rencananya, hari ini Puskesmas Ciseeng akan melakukan pemeriksaan dan rapid test. Pemeriksaan anggota keluarga dan pembantunya akan diprioritaskan lebih dulu.

"Sementara belum ditetapkan ODP, masih calon ODP, interaksinya seperti apa intens pada saat kemarin dan sebelumnya bagaimana sedekat apa warga saat di rumah almarhum. Sudah didata beberapa, siapa saja yang ikut warga sekitar. Benar kepala desa ke rumah tahlilan tapi hanya malam terakhir saja dia takziyah saja," kata Heri.

Heri mengungkapkan, saat ini sudah ada dua warga di wilayahnya yang positif terdata di website resmi covid-19 Kabupaten Bogor. Namun, dia tidak mengetahui lokasi di mana warga tersebut tinggal.

"Ya betul, tapi sejauh ini kita belum tahu di mana. Kan data awalnya dari rumah sakit, belum terkonfirmasi dua orang itu siapa. Atas nama siapa, di desa mana. Kita belum mendapat konfirmasi itu dari dinas kesehatan juga," katanya.

Atas kejadian ini, Heri mengimbau agar Kepala Desa hingga tingkat rukun warga menyosialisasikan imbauan pemerintah terkait covid-19. Warga diimbau menggunakan masker, tidak bertemu dengan berkerumun dan tidak berpergian jika tidak ada keperluan mendesak. Aparatur mengedukasi agar warga tidak panik.

Imbauannya, ada pesan berantai dari warga-warga desa akan melakukan penutupan. Terkait rekaman yang beredar, kata Heri, aparat diminta tidak mengeluarkan pernyataan yang membuat panik masyarakat. Seperti saat di antara warga dinyatakan ODP. Perlu edukasi menjelaskan ODP seperti apa.

"Kan bukan positif atau ini hanya antisipasi hipotesa. Jangan sampai berlebihan, baru calon ODP saja masyarakat sudah panik. Itu terjadi di beberapa waktu yang lalu, ketika ada ODP, masyarakat ramai mau ngusir segala, kan tidak seperti itu konsepnya. ODP itu harus kita awali pergerakannya, siapa tahu yang bersangkutan memang positif, sambil menunggu hasil. Belum tentu positif juga kan begitu," imbau Heri.