Sejak Wabah Corona, Angka Kematian di Indonesia Meningkat

Sumber :

Jumlah kematian di Indonesia meningkat sejak pandemi virus corona, meski tidak dapat dipastikan jika mereka semua adalah pasien COVID-19. Pembatasan pergerakan dan aktivitas warga tetap bisa menyebabkan angka kematian menjadi 1,2 juta, menurut data terbaru.

KP Kematian di Indonesia

  • Sejumlah pemakaman telah ditolak warga karena mereka takut tertular virus corona
  • 639 jenazah dimakamkan di Jakarta, meski tidak semuanya dapat dipastikan pasien COVID-19
  • Jumlah kematian saat pandemi virus corona bisa ditekan jika pembatasan kegiatan disertai denda

Dokter Bambang Sutrisna sebenarnya sudah curiga, pasien yang menolak dirawat dan terus batuk-batuk saat datang ke tempat praktiknya itu terjangkit virus corona.

"Saat masuk ke ruangan praktik Papa, pasien itu memang pakai masker, tapi setelah di dalam ruangan praktik, maskernya dibuka," tutur putri Bambang, dr Leonita Triwachyuni.

Selain batuk, hasil rontgen pasien tersebut juga mengarah ke COVID-19. Leonita menduga, pasien inilah yang kemudian menulari ayahnya, karena tak lama berselang ayahnya jatuh sakit.

"Salah satu penyesalan saya adalah enggak menemani Papa, sebelum Papa masuk ruang isolasi."

"Saat itu saya juga memang menghindari pertemuan dengan Papa dan Mama karena saya sebagai dokter kerja di rumah sakit dan saya takut sekali membawa pulang penyakit dan menulari Papa Mama," kata Leonita kepada Hellena Souisa dari ABC News.


Dokter Leonita Triwachyuni dan Ayahnya, dr Bambang Sutrisna semasa hidup. Leonita meminta masyarakat untuk mematuhi dan serius menjalankan 'social distancing'.

Supplied: Leonita Triwachyuni

Dokter Bambang Sutrisna, ahli penyakit menular yang juga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akhirnya tutup usia pada tanggal 23 Maret 2020.

Saat meninggal dunia, dr Bambang Sutrisna berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), karena hasil swab tesnya saat itu belum keluar.

"Seminggu setelah pemakaman Papa, baru hasilnya keluar dan diketahui Papa positif corona," ujar Leonita.

Meskipun dalam status PDP, dr Bambang Sutrisna dimakamkan menurut protokol pemakaman pasien COVID-19.

Leonita menuturkan, saat ayahnya meninggal, ia didatangi dokter ahli forensik yang menjelaskan prosedur dan protokol pemakaman ayahnya.

Ia juga diminta untuk menandatangani surat pernyataan kesediaan pemakaman mengikuti protokol, kemudian pihak rumah sakit meminta baju untuk ayahnya.

"Jadi setelah dipakaikan baju, jenazah Papa disemprot dengan disinfektan, kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang kedap air, ditutup, disegel, lalu dimasukkan ke peti. Petinya kemudian ditutup rapat, disemprot lagi dengan disinfektan, dan terakhir petinya dibungkus dengan plastik," kata Leonita.


Leonita dalam unggahan di akun media sosialnya menggambarkan pengalamannya sebagai keluarga dari pasien COVID-19 yang meninggal dunia.

Supplied: Instagram Leonita Triwachyuni

Selama proses itu, Leonita tidak boleh berada di ruangan.

Saat peti sang ayah sudah siap dibawa ke pemakaman pun, hanya petugas dinas pemakaman dan staf taman pemakaman dengan pakaian hazmat yang boleh membawa peti tersebut.

"Kami boleh hadir di pemakaman. Tapi kami tidak boleh mendekat atau menyentuh. Dan karena saat pemakaman Papa itu sedang gencar-gencarnya social distancing, pemakamannya hanya dihadiri oleh keluarga kami dan salah satu adik Papa. Tidak ada kebaktian pemakaman. Kami berdoa saja masing-masing," ujarnya.

Pemakaman dr Bambang Sutrisna adalah satu dari sekian banyak kasus pemakaman yang mengikuti protokol pasien COVID-19 meskipun berstatus PDP, seperti yang disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akhir bulan lalu.


Pemakaman dr Bambang Sutrisna hanya dihadiri oleh keluarga inti dan adiknya. Almarhum dimakamkan di TPU Pondok Ranggon yang ditunjuk oleh pemerintah.

Supplied: Leonita Triwachyuni

Jumlah pemakaman di DKI Jakarta naik

"Di bulan Maret terjadi pemulasaran dan pemakaman yang menggunakan protap COVID-19. Sejak tanggal 6 mulai ada kejadian pertama sampai 29 Maret, ada 283 kasus," ujar Anies saat konferensi pers, Senin 30 Maret 2020.

Anies menduga, dari 283 jenazah tersebut ada yang sudah menjalani pemeriksaan namun hasilnya belum keluar atau belum sempat diperiksa sama sekali, sehingga belum diketahui hasilnya positif terjangkit Corona atau tidak.

Angka tersebut naik hampir tiga kali lipat pada Senin (06/04).

Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Suzi Marsitawati mengatakan pihaknya telah memakamkan 639 jenazah sesuai prosedur pasien penyakit virus corona COVID-19 yang meninggal dunia.

Sama seperti Anies, dari jumlah tersebut, ia tak bisa memastikan seluruhnya adalah jenazah pasien positif virus corona COVID-19.

"Semua jenazah kami makamkan sesuai prosedur untuk COVID-19, yaitu menggunakan kantong dan dimasukkan ke dalam peti. Namun kami tidak berhak menyatakan bahwa jenazah itu positif COVID-19 atau tidak, karena tugas kami hanya memakamkan," ujar Suzi pada Senin (06/04).


Petugas pemakaman menurunkan peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Senin (30/03/2020).

Supplied: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Menurut data statistik Dinas Pertamaman dan Hutan Kota DKI Jakarta yang membawahi pemakaman, secara keseluruhan hampir 4.400 penguburan terjadi pada bulan Maret 2020.

Angka itu 40 persen lebih tinggi dari bulan apa pun sejak Januari 2018.

Di Jakarta, ada dua lokasi khusus untuk mereka yang dimakamkan mengikuti protokol COVID-19, baik mereka yang sudah dinyatakan positif, atau meninggal dalam status PDP seperti dr Bambang Sutrisna, atau yang belum sempat dites namun menunjukkan gejala COVID-19.

Jika proses pemakaman dr Bambang Sutrisna berjalan lancar meski tanpa upacara pemakaman keagamaan normal, tidak demikian dengan prosesi pemakaman Alex Palinggi, mantan anggota DPRD Sulawesi Tenggara.

TEASER BOX COVID-19 IN INDONESIA Kemana arah COVID-19 di Indonesia?

Sejumlah ilmuwan Indonesia memproyeksikan angka kasus virus corona untuk bisa mengantisipasi situasi ke depan.

Warga menolak pemakaman pasien

Jenazah Alex ditolak warga pada 31 Maret 2020 lalu karena diduga pasien Covid-19, dengan alasan warga khawatir tertular virus corona yang saat ini sudah mewabah.

Penolakan warga dilakukan dengan memblokade jalan dengan kursi sehingga ambulans yang membawa jenazah korban tak bisa melintas di Jalan Antang Raya, Kota Makassar.

Akibat penolakan, jenazah yang sedianya akan dimakamkan di Pemakaman Kristen Pannara Kecamatan Manggala, akhirnya dimakamkan di Pekuburan Panaikang di Kecamatan Panakkukang, seperti yang dikatakan Camat Manggala, Anshar Umar.

"Itu yang utama [warga takut]. Kita sudah setengah mati memberikan pemahaman, Bhabinsa, Danramil juga," kata Anshar kepada Kompas.com.

Sementara itu Keluarga Alex Palinggi yang dihubungi ABC News belum bersedia memberikan komentar, karena masih terpukul dan trauma atas penolakan pemakaman Ayah mereka.


Warga melakukan aksi menutup jalan menuju ke pemakaman Macanda di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (02/04/2020).

Supplied: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Keluarga Alex Palinggi tidak sendirian. Sampai artikel ini diturunkan, tercatat terjadi penolakan pemakaman pasien atau pasien terduga COVID-19 di beberapa tempat.

Sebelumnya warga menolak pemakaman di TPU Baki Nipa-nipa, Manggala, Makassar, hari Minggu (29/03).

Keesokan harinya, penolakan serupa juga datang dari warga Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah.

Warga memblokade jalan masuk desa yang berbatasan dengan Desa Karangtengah sejak dini hari.

Menurut penuturan seorang warga, penolakan tersebut lantaran warga resah dengan rencana pemakaman warga yang terinfeksi COVID-19.
External Link: Twitter Penolakan Banyumas

Minggu malam (05/04), warga Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menolak pemakaman warga yang terkonfirmasi positif COVID-19.

Walaupun sempat dimediasi, warga tetap menolak pemakaman jenazah positif COVID-19 itu. Padahal liang lahat untuk pemakaman telah disiapkan.

Mediasi yang gagal akhirnya membawa jenazah pasien positif COVID-19 itu dimakamkan di kecamatan lain, yakni Kecamatan Klari.

"Saya juga mengikuti berita-berita penolakan itu dan bisa membayangkan kesedihan keluarga," kata Leonita, putri mendiang dr Bambang Sutrisna.

"Kehilangan keluarga saja sudah menyakitkan, apalagi kalau harus berhadapan dengan penolakan seperti itu ya," tambahnya.

Apalagi, menurut Leonita, sesuai protokol COVID-19, keluarga tidak diperkenankan menunggui pasien di ruang isolasi, tidak bisa melihat wajah atau memeluk orang yang dicintainya untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan.

"Saya sadar masyarakat kita juga mungkin terbatas pengetahuannya, jadi harapan saya pemerintah bisa memberi pemahaman bagi masyarakat luas soal [pemakaman] ini," ucap Leonita.

Jumlah kematian bisa mencapai 1,2 juta orang

Senin lalu (06/04), Tim SimcovID yang terdiri dari sejumlah universitas dalam dan luar negeri telah meluncurkan pemodelan terbaru yang mensimulasikan COVID-19 di Indonesia.

Permodelan Baru COVID19

  • Anggota Tim SimcovID: Institut Teknologi Bandung, University of Essex, University of Oxford, Khalifa University, University of Southern Denmark, Universitas Padjadjaran Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana
  • Pemodelan menjelaskan tiga skenario jumlah kematian, durasi epidemi, puncak kasus aktif, dan puncak kebutuhan ruang intensive care unit (ICU).

"Sebenarnya apa yang dilakukan sekarang itu sudah masuk ke mitigasi yang "mild" [dengan diam di rumah dan social distancing]," kata Nuning Nuraini, peneliti ITB yang tergabung dalam Tim SimcovID kepada Hellena Souisa dari ABC News.

"Intinya menurut penelitian itu, mitigasi itu memperbolehkan mobilitas sekitar 50 persen penduduk. Sementara supresi hanya memperbolehkan mobilitas 10 persen penduduk," terangnya.

Nuning menjelaskan, yang masuk ke dalam strategi mitigasi adalah memindahkan kegiatan sekolah dan universitas ke jalur online, penerapan "social distancing", bekerja dari rumah, dan melarang aktivitas kelompok yang besar.


Pemodelan yang dirilis Senin (06/04) lalu memperlihatkan tiga skenario penanganan COVID-19 kondisi Indonesia.

Supplied: Nuning Nuraini

Jika intervensi mitigasi diterapkan, angka kematian diperkirakan bisa menyentuh 1,2 juta orang.

Sementara supresi adalah semua hal di dalam strategi mitigasi tadi, ditambah dengan mekanisme denda, pembatasan aktivitas warga (hanya boleh keluar rumah untuk keperluan yang esensial seperti belanja bahan makanan), dan pembatasan operasional toko, kantor, usaha yang dianggap penting.

Misalnya, hanya apotek, pasar atau supermarket, perusahaan listrik dan telekomunikasi yang boleh buka dan melayani warga.

Dengan strategi supresi, perkiraan angka kematian bisa ditekan sampai 120.000 jiwa.

Pemodelan ini diharapkan Nuning dapat membantu pemerintah untuk menerbitkan kebijakan yang berbasis keilmuan, karena di balik angka kematian ada ayah, ibu, kakak, adik, anak, dan keluarga yang kehilangan.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia