Penjelasan Dokter Ahli Paru soal Obat Malaria Dipakai Anti-corona
- tvOne
VIVA – Anggota Satuan Tugas Penanganan Wabah Virus Corona di Indonesia, dr Erlina Burhan Sp.P(K), mengklarifikasi kabar yang beredar di masyarakat bahwa chlorophyllin phospat, obat untuk penyakit malaria, dipakai juga untuk mengobati pasien-pasien terjangkit virus corona, terutama di Wuhan, China.
Erlina tak menyebut itu sebagai hoax, tetapi misinformasi. Pada dasarnya, kata dokter spesialis paru itu, obat atau antivirus yang spesifik untuk corona memang belum ditemukan sampai sekarang. Sebab, virus itu baru ditemukan akhir tahun 2019, dan karenanya, para saintis baru menelitinya untuk menemukan vaksinnya.
Karena belum ditemukan obat atau vaksinnya, pengobatan pada pasien-pasien terjangkit corona terutama di Wuhan, katanya, mengombinasikan pemberian vitamin dan beberapa antivirus lain termasuk anti-HIV atau anti-flu burung serta chlorophyllin phospat.
Intinya, menurut Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu, kombinasi semacam itu adalah pilihan-pilihan yang ditempuh oleh tim dokter untuk mengobati para pasien corona selagi belum ada obat atau vaksinnya. Rumah sakit-rumah sakit rujukan untuk pasien corona juga melakukan hal serupa, namun penggunaan chlorophyllin phospat terbatas karena obat itu sudah langka.
Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta, misalnya, kata Erlina, mengombinasikan pemberian vitamin-vitamin dan obat-obat lain seperti oseltamivir kepada pasien-pasien terjangkit corona. Terbukti ada lima pasien yang sembuh sejauh ini.