Hadapi Dampak Corona, Tito Minta Kepala Daerah Terapkan 'Jurus Silat'
- ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
VIVA – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan, dampak virus corona menimbulkan gejolak ekonomi secara global dan berpengaruh pada hubungan Indonesia-China.
Menghadapi itu, Tito meminta kepala daerah mengeluarkan strategi baru dan 'jurus silat' agar ekonomi nasional terbentengi. "Teman di daerah (perlu) membangun jurus silat yang bisa mendapatkan peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah)," ujar Tito dalam pembukaan Rakor Tekbang Regional I di Shangri-La Hotel Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 4 Maret 2020.
Tito menambahkan, "Menggali potensi daerah masing-masing, tidak mengandalkan pusat. Ini butuh seni dan ilmu, yaitu ilmu kewirausahaan. Potensi SDM dan SDA, wisata (digali) sehingga PAD meningkat."
Ia menyampaikan, perlu strategi pangsa pasar dan sumber baru bagi pemerintah daerah di tengah merebaknya virus corona. Dengan begitu, pertahanan ekonomi bisa diwujudkan dan target tetap tercapai. "Sambil berdoa dan berusaha, mudah-mudahan negara kita kuat hadapi ekonomi saat ini," ujar Tito.
Saat ini, menurut dia, PAD tingkat provinsi dinilai tinggi, menyumbang rata-rata 46 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing. PAD tertinggi masih disumbang DKI Jakarta, lalu Jawa Timur. Namun ada sejumlah daerah seperti Papua, Papua Barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang PAD-nya masih rendah. "(PAD rendah) otomatis menggantung ke pusat," ujar mantan Kapolri itu.
Sementara di tingkat kabupaten/kota, rata-rata PAD-nya 20 persen. Sedangkan 80 persen operasional daerahnya tergantung dari pusat. Tapi ada daerah yang menyumbang PAD tinggi, yakni Kabupaten Badung, Bali, yang mencapai Rp6,3 triliun, dan Mimika, Papua, yang mencapai Rp4 triliun. "Itu (Badung PAD-nya tinggi) karena sektor pariwisatanya yang kuat," kata Tito.
Secara khusus, ia mengimbau, agar para kepala daerah tidak mengeluarkan kebijakan berlebihan terkait corona sehingga menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Ketenangan diperlukan dalam mengatasi masalah itu.
Menurut Tito, dampak kegaduhan akibat kekeliruan dalam penanganan corona justru lebih besar dari pada virus corona itu sendiri.