Menko Muhadjir Pastikan Pasien Meninggal di Semarang Negatif Corona

Menko PMK Muhadjir Effendy usai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila, di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa, 1 Oktober 2019.
Sumber :
  • VIVAnews/Anwar Sadat

VIVA – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, memastikan, korban meninggal di Rumah Sakit Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, negatif virus corona atau COVID-19. Meski, mayat korban dibungkus menggunakan plastik berlapis.

Muhadjir mengatakan, setelah mendapat kabar dugaan pasien meninggal itu, ia langsung melakukan pengecekan ke pihak rumah sakit tersebut.

"Itu memang negatif. Saya sudah kroscek di RS Kariadi, kepala dinas kesehatan dan direktur sudah menyampaikan data. Terus saya kroscek ke pusat litbang untuk penyakit infeksi. Direkturnya langsung, dan sudah diberi list datanya tentang dia, dan negatif," jelas Muhadjir, di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu 26 Februari 2020.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu mengatakan, tidak diberitahukannya penyakit yang diderita pasien tersebut lantaran kode etik. Tapi, ia menjamin bahwa korban meninggal bukan karena corona.

Mayat korban dibungkus dengan plastik. Muhadjir juga mengatakan, itu hanya prosedur dari penyakit yang diderita. Tapi, sekali lagi ia menekankan, bukan karena corona.

"Itu memang prosedur terhadap mereka yang meninggal karena pneumonia. Tapi, itu dipastikan bukan corona virus. Itu sejak dulu sudah ada prosedurnya," katanya.

Ia memastikan, setiap hal menyangkut virus corona akan dibahas dan dibuka ke publik. Karena yang terjadi di RS Kariadi negatif corona, maka pemerintah tidak membahasnya.

"Enggak ada, enggak (ditutupi), kita terbuka. Sudah saya pastikan, saya kroscek ke pusat untuk periksa spesimennya," katanya.

Pasien yang awalnya diduga terkena corona, meninggal pada Minggu 23 Februari 2020 di RSUP Kariadi, Semarang, Jawa Tengah. Namun, hasil laboratorium Kemenkes menyebut, itu bukan karena virus corona. Pasien itu dirawat sejak 19 Februari 2020, dan ditempatkan di ruang isolasi khusus dan steril.

Awalnya, gejala pasien ini dianggap mirip virus corona. Yaitu demam tinggi, batuk dan sesak napas. Disebutkan, pasien tersebut sebelumnya sempat bepergian ke Spanyol dan Dubai.