Identitas 6 Siswa SMP Turi yang Tewas Hanyut di Sungai Sempor
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, DIY, memastikan proses pencarian siswa SMPN 1 Turi, yang hilang akibat hanyut di Sungai Sempor masih terus dilakukan. Berdasarkan data terakhir, dilaporkan 6 siswa ditemukan meninggal dunia, 5 hilang dan 239 siswa dalam kondisi selamat.
Ratusan siswa SMPN 1 Turi Sleman ini sebelumnya hanyut terdampak luapan arus deras Sungai Sempor yang terjadi pada Jumat sore, 21 Februari 2020, sekitar pukul 15.30 WIB. Lebih dari 180 personel dari personel gabungan masih melakukan pencarian 5 murid yang masih harus dikonfirmasi keberadaannya.
"Personel gabungan menyusuri tepian sungai untuk mencari murid yang masih hilang meskipun dalam kondisi hujan gerimis," kata
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB, Agus Wibowo dalam keterangan persnya, Jumat malam.
Berdasarkan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Joko Suprianto menyebutkan bahwa insiden tersebut bermula saat 250 murid SMP Negeri 1 Turi melakukan kegiatan pramuka dengan menyusuri Sungai Sempor yang berada di Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta.
Ketika melakukan penyusuran tersebut, arus air tiba-tiba deras dan volume air meningkat akibat kiriman dari hulu sungai.
Saat ini BPBD Kabupaten Sleman telah mendirikan pos komando di lokasi kejadian dan terus berkoordinasi dengan Basarnas, TNI, Polri, dinas terkait, sukarelawan dan warga setempat.
Berikut ini nama-nama siswa yang menjadi korban meninggal dunia dalam insiden penyusuran sungai:
- Sofia Aulia, Kelas 8, alamat Sumberejo
- Arisma, Kelas 7, alamat Ngentak Tepan??
- Nur Azizah, Kelas 8, alamat Kembang Arum
- Latifa, alamat Kembang Arum
- Belum teridentifikasi
- Belum teridentifikasi
Agus menuturkan insiden ini menjadi pembelajaran bersama sehingga insiden serupa dapat dihindari. Apabila akan melakukan kegiatan penyusuran sungai, harus dilakukan oleh orang dewasa dan terlatih. Anak-anak dan remaja dilarang untuk melakukan penyusuran sungai mengingat sangat berisiko tinggi. Perlu juga memberitahu aparat pemerintah dan keamanan setempat.
Di samping itu, aktivitas penyusuran dilakukan pada saat musim kemarau. Ketika ini dilakukan pada musim hujan, risiko air menjadi tinggi mengingat apabila hujan terjadi di sekitar hulu sungai akan berdampak pada arus dan volume air sungai hingga ke bagian hilir.